
AMBON (Lentera) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 mengguncang wilayah Ambon pukul 15.54 WIT, yang berpusat di laut 37 kilometer barat dengan kedalaman 10 kilometer, tidak berpotensi tsunami, Sabtu (20/9/2025).
Kepala Stasiun Geofisika Ambon, Djati Cipto Kuncoro menjelaskan gempa tersebut termasuk kategori dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Guncangan dirasakan masyarakat Ambon pada skala intensitas III–IV MMI, atau getaran nyata di dalam rumah hingga membuat banyak orang terbangun.
“Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan akibat gempa bumi tersebut,” kata Djati di Ambon mengutip Antara, Sabtu (20/92025).
BMKG mencatat hingga pukul 16.08 WIT, tidak terdapat aktivitas gempa bumi susulan (aftershock). Masyarakat diimbau tetap tenang, tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, serta memastikan kondisi bangunan aman sebelum kembali beraktivitas di dalam rumah.
Informasi resmi mengenai gempa hanya dapat diakses melalui kanal komunikasi BMKG yang telah terverifikasi, termasuk media sosial, aplikasi, dan situs resmi lembaga tersebut.
Diketahui, Maluku dikenal sebagai salah satu daerah dengan aktivitas seismik tinggi di Indonesia. Posisi wilayah ini berada di pertemuan tiga lempeng besar dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik, yang kerap memicu terjadinya guncangan gempa.
Sebelumnya, Ambon pernah diguncang gempa besar pada 26 September 2019 dengan magnitudo 6,5 yang menyebabkan puluhan orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak. Peristiwa itu menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana gempa bumi.
BMKG terus mengingatkan pentingnya edukasi mitigasi bencana, termasuk latihan evakuasi, pemahaman jalur evakuasi, dan pemeriksaan struktur bangunan yang ramah gempa. Upaya ini dinilai mampu mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian saat gempa besar terjadi.
Selain itu, pemerintah daerah bersama instansi terkait diminta memperkuat sistem peringatan dini dan memperluas sosialisasi ke masyarakat, khususnya di wilayah rawan bencana. Dengan begitu, masyarakat diharapkan lebih tanggap dan siap menghadapi setiap kemungkinan bencana alam.
Editor: Arief Sukaputra