
SURABAYA (Lentera)– Dinas Pendidikan Jawa Timur (Dindik Jatim) resmi menunjuk 13 SMA Negeri di Jatim sebagai pilot projek Sekolah Digital. Program ini menjadi salah satu inovasi untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi sekaligus memperkuat transformasi pendidikan.
Sekolah yang ditunjuk antara lain: SMAN 2 Surabaya, SMAN 10 Malang, SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun, SMAN 1 Geger (Kabupaten Madiun), SMAN 1 Glagah Banyuwangi, SMAN 5 Taruna Brawijaya Kediri, SMAN 2 Taruna Bhayangkara Banyuwangi, SMAN Taruna Nala Malang, SMAN 2 Taruna Pamong Praja Bojonegoro, SMAN 2 Madiun, SMAN 1 Tanggul Jember, SMAN 2 Mojokerto, serta SMAN Taruna Madani Pasuruan.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, mengatakan, program ini bukan sekadar penambahan fasilitas, melainkan harus menjadi program wajib dan budaya sekolah.
“Konsep sekolah digital tidak berarti semua aspek kehidupan anak sepenuhnya digital. Namun, teknologi digunakan untuk meningkatkan kompetensi. Misalnya, absensi siswa akan direkap secara digital dengan kamera. Guru yang hadir, memberi tugas, atau tidak masuk akan terpantau dengan sistem warna,” kata Aries, Selasa (2/9/2025).
Menurutnya, digitalisasi justru membantu guru mengurangi beban kerja, apalagi di tengah meningkatnya jumlah guru yang memasuki masa pensiun.
Aries menambahkan, kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) akan memberi warna baru dalam kegiatan belajar mengajar, sekaligus meningkatkan motivasi siswa.
Selain itu, Dindik Jatim tetap mengakomodasi literasi tulisan tangan sesuai arahan Kemendikbud.
“Siswa akan tetap menulis tangan. Hasilnya di-scan, lalu diunggah sebagai bahan diskusi. Jadi ada sinergi antara digitalisasi dengan aktivitas tekstual,” jelasnya.
Sebagai pendukung, pemerintah juga menyiapkan Learning Management System (LMS) yang digunakan guru untuk mengelola pembelajaran, mengisi konten, membuat soal, hingga menilai siswa. Saat ini, sekolah percontohan menggunakan aplikasi Moodle.
“Guru-guru yang kami tunjuk sudah mendapat pelatihan untuk mengisi LMS, sehingga bisa langsung membelajarkan ke siswa,” ungkap Aries.
Ia menjelaskan ada empat tahapan implementasi Sekolah Digital. Pertama Digitalisasi Proses Pembelajaran dengan menggunakan sistem hybrid dengan integrasi LMS.
Kedua, digitalisasi Sistem Penilaian, yakni penilaian formatif dan sumatif berbasis e-learning.
Ketiga, Pelayanan Berbasis Digital, mulai dari e-presensi, perpustakaan, buku tamu, administrasi, hingga kontrol KBM.
Keempat, Kolaborasi dan Komunikasi Digital untuk memperkuat komunikasi antara guru, orangtua, siswa, dan tenaga kependidikan.
Aries menegaskan, agar program ini berkelanjutan, Kepala Sekolah dan Guru harus menjadi pembelajar aktif dalam digitalisasi.
“Kalau ada pergantian kepala sekolah, program tetap berjalan demi mutu pendidikan. Sekolah Digital ini harus jadi budaya, bukan proyek sementara,” tutupnya.
Reporter: Amanah|Editor: Arifin BH