
SURABAYA (Lentera) - Sebuah perusahaan teknologi asal Guangzhou, Tiongkok, bernama Kaiwa Technology, tengah mengembangkan robot humanoid yang dilengkapi dengan rahim buatan yang terintegrasi di dalam tubuhnya.
Robot ini disinyalir dapat mengandung janin selama 10 bulan kehamilan hingga bisa melahirkan bayi, dikutip dari InterestingEngineering, Rabu (20/8/2025)
Robot tersebut dijadwalkan akan debut pada tahun 2026 mendatang dan diperkirakan akan dijual dengan harga di bawah 100.000 yuan, sekitar US$13.900 atau setara dengan Rp226 juta (kurs Rp16.260/US$).
Robot humanoid ini bertujuan untuk menawarkan alternatif kehamilan bagi mereka yang ingin menghindari beban kehamilan manusia.
Pengumuman tersebut telah memicu respons masyarakat yang intens — mulai dari keresahan etika hingga kemungkinan yang penuh harapan bagi mereka yang tak subur.
Baru-baru ini, peneliti China memperkenalkan GEAIR, pengembang robot bertenaga AI pertama di dunia, yang mampu melakukan penjelajahan otonom dan penyerbukan silang untuk memangkas biaya, memperpendek siklus, dan meningkatkan efisiensi.
Replikasi Proses Persalinan
Visi dari robot pengganti kehamilan ini dipresentasikan pada Konferensi Robot Dunia 2025 di Beijing oleh Zhang Qifeng, pendiri Kaiwa Technology dan berafiliasi dengan Universitas Teknologi Nanyang, menurut ECNS.
Qifeng menuturkan bahwa robot ini bukan sekadar inkubator, melainkan humanoid seukuran manusia yang dilengkapi rahim buatan di dalam perut, yang mampu mereplikasi seluruh proses, mulai dari pembuahan hingga persalinan.
Inovasi intinya terletak pada teknologi rahim buatan, di mana janin berkembang dalam cairan ketuban buatan dan menerima nutrisi melalui selang, meniru kehamilan alami.
Qifeng mengeklaim bahwa teknologi ini sudah matang di laboratorium dan kini perlu diintegrasikan ke dalam bentuk humanoid untuk memungkinkan interaksi manusia-robot yang nyata selama kehamilan, menurut laporan Oddity Central.
Qifeng membayangkan prototipe robot kehamilannya akan siap dalam setahun, dengan harga di bawah US$13.900 atau sekitar Rp226 juta.
Chosun Biz melaporkan, pertimbangan mengenai etika dan hukum, dia mengatakan diskusi telah dilakukan dengan pihak berwenang di Provinsi Guangdong dan proposal terkait telah diajukan sebagai bagian dari kebijakan serta pertimbangan legislatif yang sedang berlangsung.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber