
SURABAYA (Lentera) - Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kian mengkhawatirkan banyak kelaparan terjadi. Untuk mengurangi derita mereka, berbagai pihak berupaya untuk mengirimkan bantuan, salah satunya adalah komunitas Teman Baik.
Manager Teman Baik, Dedi, mengatakan serangan berkepanjangan tidak hanya merenggut ribuan nyawa, tetapi juga meninggalkan jejak luka terdalam, puluhan ribu anak yang kini hidup sebagai yatim piatu.
"Menurut laporan lembaga kemanusiaan internasional, lebih dari 17.000 anak di Gaza telah kehilangan satu atau kedua orang tuanya sejak konflik memanas, sebagian besar kini tinggal di penampungan yang serba terbatas," katanya di Surabaya Selasa (12/8/2025).
Kelangkaan makanan dan lonjakan harga kebutuhan pokok membuat kehidupan mereka semakin berat. Di beberapa wilayah, anak-anak hanya makan sekali sehari, bahkan ada yang bertahan dengan sepotong roti untuk dua hari.
Melihat kondisi ini, Teman Baik menyalurkan bantuan paket makanan untuk anak yatim dan keluarga rentan di Pusat Penampungan Utara, Tel Al-Hawa, Jalur Gaza Utara, awal Agustus ini.
“Di tengah konflik yang belum mereda, kelangkaan makanan adalah ancaman nyata bagi kelangsungan hidup anak-anak yatim. Kami ingin memastikan mereka tetap memiliki asupan layak untuk bertahan,” ujar Dedi.
Paket bantuan berisi beras, terong, daun molokhia, cabai hijau, dan tomat, bahan sederhana namun bisa diolah menjadi makanan bergizi.
Seorang relawan lokal menggambarkan betapa mendesaknya kebutuhan itu. Banyak keluarga yang sudah berhari-hari hanya makan sekali. Paket ini seperti oase di tengah padang pasir. Anak-anak tersenyum lagi, walau hanya untuk sejenak.
Dedi menegaskan komitmennya untuk terus hadir mendampingi rakyat Palestina, “Selama masih ada saudara kita yang kelaparan, kita tidak boleh tinggal diam. Bantuan ini hanyalah awal, InsyaAllah akan terus berlanjut,” tutup Dedi. (*)
Reporter: Lutfi
Editor : Lutfiyu Handi