24 July 2025

Get In Touch

KNKT Temukan Fakta Muatan KMP Tunu yang Tenggelam di Selat Bali Overload 3 Kali Lipat

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono (kiri)
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono (kiri)

BANYUWANGI (Lentera)-Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan sejumlah fakta yang sitemukan dalam penyelidikan terkait penyebab tenggelamnya kapal tersebut.

Dikutip Rabu (23/7/2025) temuan itu berupa kapal yang kelebihan muatan hingga tiga kali lipat dari kapasitas maksimal. Selain itu, kendaraan di dalamnya tidak diikat (lashing).

"Kapasitasnya 138 dan temuan hasil investigasi kami muatan mencapai 538 ton. Jadi lebih tiga kalinya beban yang dibawa," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam kunjungan kerja Komisi V DPR-RI di Kantor ASDP Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, pada Selasa (22/7/2025). 

Meskipun hasil investigasi belum menyimpulkan penyebab pasti, temuan ini memberikan gambaran krusial mengapa insiden nahas itu bisa terjadi.

KMP Tunu Pratama Jaya, kapal berjenis Ferry Ro-Ro (Roll-On/Roll-Off) yang dimodifikasi pada tahun 2016, sejatinya dirancang untuk mengangkut 60 penumpang, 12 awak, dan 23 unit mobil atau truk dengan total beban maksimal 138 ton. Kapal ini awalnya dibuat pada tahun 2010 dengan jenis Landing Craft Tank (LCT) sebelum diubah fungsinya.

Namun, hasil investigasi KNKT di lapangan menunjukkan fakta yang jauh berbeda. Data manifes mencatat 22 kendaraan dengan berbagai golongan, serta 53 penumpang, dan 12 awak. 

Mengejutkannya, total beban penumpang dan kendaraan yang masuk kapal saat kejadian diperkirakan mencapai 538 ton. Angka ini melonjak drastis karena banyaknya penumpang yang diduga tidak terdaftar dalam manifes. 
Kelebihan muatan ekstrem ini memiliki konsekuensi langsung di permukaan air laut karena menyentuh bagian "pisang-pisang" kapal yang tingginya sekitar 30 sentimeter.

"Artinya garis muatannya sudah terlewati. Ini mengindikasikan bahwa kapal sudah dalam kondisi tidak stabil bahkan sebelum berlayar,” jelas Soerjanto.

Selain overload, temuan krusial lain yang diungkap KNKT adalah absennya proses pengikatan muatan atau lashing pada kendaraan di dalam KMP Tunu Pratama Jaya. Lashing merupakan prosedur standar yang sangat vital untuk menjaga stabilitas kapal dan mencegah pergeseran muatan saat berlayar, apalagi di tengah ombak atau manuver kapal.

"Pengikatan lashing dirasa penting untuk membuat kapal lebih stabil dan tak mudah bergeser," terang Soerjanto.

Lebih lanjut, proses pemuatan kendaraan juga tidak dilengkapi dengan rencana pemuatan atau yang disebut storage plan. Tanpa perencanaan yang matang, penataan muatan menjadi semrawut dan tidak sesuai standar keselamatan.

"Dalam hal ini KMP Tunu Pratama Jaya jatuh tenggelam pada sisi kanan kapal akibat kendaraan di buritan (bagian belakang kapal) bergeser dan bertumpuk ke sisi kanan,” ungkap Soerjanto.

KNKT juga menemukan beberapa data faktual minor, baik pada KMP Tunu Pratama Jaya maupun pada kapal sejenis yang beroperasi di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Salah satunya, sebagian life jacket (jaket pelampung) ditemukan berisi lose foam yang tipis, meskipun ada juga yang berjenis foam tebal. Kemudian, sejumlah rakit penolong kembung (Inflatable Liferaft/ILR) masih terikat nylon securing strap yang berpotensi menghalangi kapsul untuk mengembang pada kondisi darurat.

Selain itu, kerap kali kamar mesin dibiarkan terbuka. Padahal, seharusnya pintu kamar mesin harus tertutup rapat dan kedap suara untuk mencegah masuknya air yang bisa berbahaya.
“Dan temuan kapal sejenis kunci pintu hanya terdapat 1 yang seharusnya ada 6,” ungkap Soerjanto.

Tak hanya itu, lubang freeing port dan freeboard ditemukan selebar 1,2 meter, padahal seharusnya tidak sepanjang itu. Kemudian rampa kapal yang terbuka kondisinya juga bisa membahayakan navigasi dan keselamatan kapal.

“Yang paling banyak kami temukan di Pelabuhan Ketapang adalah banyak kapal berlayar dengan rampa terbuka. Ini mungkin bisa dicari solusinya karena jika tertutup semua akan menghalangi pandangan nakhoda,” jelas Soerjanto.

Meskipun demikian, Soerjanto menyebutkan bahwa KMP Tunu Pratama Jaya terakhir kali melakukan docking pada 21 Oktober 2024, di mana kapal diperiksa oleh surveyor klas dari BKI.

Kapal juga telah menjalani ramp check menjelang libur Lebaran oleh marine inspector pada 3 Juni 2025. "Dengan hasil keseluruhan baik," tutup Soerjanto.

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.