17 July 2025

Get In Touch

Dokter Bedah Asal Inggris Laporkan Apa Saja yang Dilihatnya di Rumah Sakit Gaza

Warga Palestina yang mengungsi mengambil air di dekat tempat penampungan sementara di Kota Gaza, pada 7 Juli 2025 (Ant)
Warga Palestina yang mengungsi mengambil air di dekat tempat penampungan sementara di Kota Gaza, pada 7 Juli 2025 (Ant)

GAZA (Lentera) -Dokter bedah plastik senior asal London, Inggris, Victoria Rose (53) pernah bertugas sebagai relawan di Rumah Sakit (RS) Nasser, Gaza selama 21 hari.

Ia memiliki spesialisasi di bidang rekonstruksi payudara untuk pasien kanker.

Meski begitu, dia juga menangani cedera traumatis akibat kecelakaan lalu lintas dan penembakan selama 30 tahun kariernya.

Dr. Rose mengatakan, kemampuan ini menjadi bekalnya dalam masa bertugas di Gaza yang telah ia lakukan selama tiga kali dalam 14 bulan terakhir.

"Saya belum pernah melihat volume dan intensitas (luka pasien) sebesar ini sebelumnya," ujar dr. Rose di akhir masa tugasnya, diberitakan New York Times. 

Jenazah ditarik keledai, pasien malnutrisi, dan bayi terbakar

Dr. Rose melaporkan, ia melihat ambulans dan gerobak kedelai yang datang ke rumah sakit membawa jenazah.

"Sekitar pukul 10, kami menemukan sekitar 20 jenazah, dan kemudian sekitar seratus luka tembak," tambah dr. Rose.

Ia juga mengatakan bahwa sistem kesehatan rumah sakit tersebut berada dalam tekanan ekstrem karena aliran pasien dengan cedera traumatis yang tidak kunjung berhenti.

Dalam masa tugasnya yang ketiga ini, dr. Rose mengungkapkan lebih banyak pasien yang menderita luka bakar "tak tertolong" dan cedera parah akibat ledakan bom dibandingkan dua kunjungannya sebelumnya.

"Luka-luka itu bukan lagi luka pecahan peluru, sebagian (luka) telah tertiup angin," ujar dia, mengutip Kompas, Jumat (11/7/2025).

Anak-anak datang dengan lutut, kaki, dan tangan yang hilang," sambungnya.

Ia pun mengatakan bahwa pasien-pasien yang ditanganinya pada 1 Juni mengaku bahwa mereka telah ditembak oleh orang-orang yang menjaga titik distribusi makanan.

Sementara itu, beberapa pasien lain menyebut mereka ditembak oleh "pengendali massa" ketika berlari. Untuk diketahui, Nasser adalah rumah sakit terbesar yang masih beroperasi di Gaza selatan.

"Kita berada di titik di mana orang-orang telah mengalami kekurangan sedemikian rupa sehingga mereka siap mati demi sekantong beras dan sedikit pasta," tutur dia.

Dr. Rose pun menyoroti kondisi malnutrisi dan sanitasi buruk yang memperburuk tingkat kelangsungan hidup mereka.

"Malnutrisi membuat tubuh kurang mampu memperbaiki luka dan melemahkan sistem kekebalan tubuh," terangnya.

Ia menambahkan, kekurangan antibiotik di Gaza juga membuat para dokter tidak mampu mencegah dan kemudian tidak mampu mengobati infeksi.

Dr. Rose juga sempat membagikan cerita di media sosialnya, tentang pasien termudanya yang berusia 3 tahun bernama Hatem.

Hampir seluruh tubuh Hatem terbungkus perban dengan luka bakar 35 persen karena perut dan kakinya terbakar parah akibat ledakan bom.

Kabar baiknya, Hatem telah dievakuasi ke Abu Dhabi untuk perawatan yang lebih aman pada 1 Juni lalu.

Kondisi rumah sakit Nasser terkini

Israel telah mengepung Gaza dan melarang jurnalis asing memasukinya sejak perang dimulai, kecuali di wilayah militer yang dikontrol.

Karena itu, tenaga medis untuk badan amal seperti dr. Rose menjadi satu di antara sedikit pengamat internasional yang bisa melaporkan kondisi Gaza terkini.

Dilansir dari Aljazeera, Kamis (10/7/2025), RS Nasser juga mengalami kekurangan bahan bakar yang menekan upaya dokter dalam memberikan pengobatan ke pasien.

Juru bicara rumah sakit, Mohammed Sakr, membeberkan bahwa RS memerlukan 4.500 liter bahan bakar per hari untuk beroperasi, tetapi sekarang hanya memiliki 3.000 liter.

Dia mengatakan, para dokter kini melakukan operasi tanpa listrik dan AC hingga keringat mengucur dan membuat risiko infeksi.

Pengeboman gencar Israel telah menghancurkan sustem perawatan kesehatan Gaza dalam 21 bulan sejak negara tersebut melancarkan serangan ke daerah kantong Palestina pada 7 Oktober 2023.

Sejak saat itu, WHO mencatat sudah ada lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza.

Namun, beberapa minggu ini, Israel telah mengizinkan sejumlah pasokan makanan masuk ke Gaza. Makanan tersebut hanya boleh dibawa oleh kelompok yang didukung Amerika Serikat.

Namun, bahan bakar belum memasuki Gaza selama lebih dari empat bulan (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.