
SURABAYA (Lentera) - Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno, menerima Penghargaan Citra Budaya dari komunitas jurnalis Malang Jurnalis (MAJU), dalam rangkaian ajang Malang Djadoel 2. Apresiasi tersebut diberikanatas dedikasinya yang konsisten menjaga, merawat, dan melestarikan seni budaya serta tradisi di kawasan Malang Raya dan Jawa Timur secara umum.
"Saya merasa bangga sekaligus terharu menerima penghargaan Citra Budaya ini. Bagi saya, ini bukan sekadar apresiasi pribadi, tetapi juga bukti atas pentingnya menjaga dan merawat seni budaya sebagai roh dari jati diri bangsa," ungkap Sri Untari, Selasa (8/7/2025).
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur ini menuturkan bahwa kecintaannya terhadap dunia kebudayaan tumbuh dari rasa keterpanggilan batin untuk menggali, memahami, dan menjaga keberlanjutan warisan leluhur. Ia menegaskan bahwa budaya bukanlah sekadar simbol masa lalu, tetapi identitas yang membentuk karakter dan arah bangsa.
"Kita tidak bisa menjadi bangsa besar jika melupakan akar budayanya sendiri. Warisan budaya bukan hanya peninggalan benda dan tradisi, tapi juga identitas yang membentuk karakter kita sebagai bangsa. Karena itu, saya merasa terpanggil untuk terus berbuat, baik di jalur politik maupun sosial kebudayaan," tambahnya.
Diketahui, selama menjabat sebagai Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, ia dikenal sebagai inisiator sekaligus motor penggerak lahirnya Peraturan Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan, yang berhasil dirampungkan pada tahun 2024.
Tak berhenti di ranah regulasi, Sri Untari juga aktif mendorong ekskavasi berbagai situs bersejarah di Jawa Timur.Beberapa situs yang menjadi perhatiannya antara lain Candi Srigading (Kabupaten Malang), Candi Gemekan (Mojokerto) yang menghasilkan penemuan prasasti penting, Situs Kumitir (Trowulan), Sumber Beji dan Megaluh di Jombang, serta sejumlah situs sejarah lain di Blitar, Batu, dan Kota Malang.
Selain pelestarian benda dan situs sejarah, Sri Untari juga dikenal sebagai pendukung aktif kesenian tradisional yang hidup di tengah masyarakat. Ia kerap terlibat dalam upaya pelestarian wayang kulit, ludruk, hingga tembang-tembang Jawa yang mulai ditinggalkan generasi muda. Dukungan itu tak sebatas moral, namun juga diwujudkan dalam bentuk fasilitasi pertunjukan, pendampingan komunitas seni, hingga penguatan narasi kebudayaan di ruang-ruang publik.
"Saya ingin generasi muda tak hanya mengenal budayanya di permukaan, tetapi juga memahaminya secara mendalam—karena dari sanalah mereka tahu siapa mereka, dari mana asalnya, dan ke mana," pungkasnya.
Reporter: Pradhita/Editor:Widyawati