
Jeju, Korea Selatan (Lentera) - Dalam rangkaian agenda Pertemuan Menteri Pendidikan APEC (AEMM) ke-7, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti memaparkan visi serta program-program prioritas Indonesia di sektor pendidikan dasar dan menengah.
Bersama beberapa Menteri Pendidikan dari negara lain, Mendikdasmen mengikuti pertemuan bilateral. Pada kesempatan ini, menteri Pendidikan, Deputi Perdana Menteri, Pejabat Presiden, Ju-Ho Lee, juga hadir.
Mendikdasmen, Abdul Mu'ti di Jeju, Korea Selatan, Rabu, menyampaikan visi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), yaitu Pendidikan Bermutu untuk Semua serta beberapa program prioritas lainnya, seperti wajib belajar 13 tahun sejak taman kanak-kanak dan digitalisasi pendidikan.
Baca juga: Paparan di Forum APEC, Mendikdasmen tekankan kesalehan digital
Menurut Menteri Mu'ti, digitalisasi pendidikan adalah salah satu cara untuk merealisasikan visi Pendidikan Bermutu untuk Semua di tengah berbagai tantangan yang dihadapi ekosistem pendidikan.
"Digitalisasi Pendidikan, yang di dalamnya ada kecerdasan buatan (Artificial Intelegent/AI), coding, dan pembelajaran mendalam, merupakan upaya kita untuk memenuhi layanan Pendidikan Bermutu untuk Semua," ujarnya.
Abdul Mu'ti menambahkan saat ini sudah ada kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Korea Selatan, salah satunya melalui Tim Enuma Korea Selatan dalam bentuk platform pembelajaran untuk anak usia dini.
Merespons pernyataan tersebut, Menteri Ju-ho Lee tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia, terutama penerapan pembelajaran digital.
Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk bermitra dengan Indonesia dalam memajukan pendidikan, termasuk mendukung visi Pendidikan Bermutu untuk Semua melalui digitalisasi pembelajaran, sehingga layanan pendidikan dapat juga dirasakan oleh masyarakat di daerah terpencil atau tertinggal.
Menteri Ju-ho Lee sempat berbagi pengalaman terkait langkah Korea Selatan dalam memajukan pendidikan. Ia menyampaikan bahwa Korea Selatan memiliki permasalahan serupa terkait pemerataan pendidikan di daerah-daerah terpencil, seperti Jeju misalnya. Di sana ia berbagi tentang tantangan apa saja yang dihadapi dalam kondisi tersebut, sekaligus juga solusi yang bisa dijalankan.
Co-Editor : Ftr-Dya/rls