26 June 2025

Get In Touch

DPRD Jatim : Pembatasan Jam Malam Saja Tidak Cukup Tanpa Pengawasan dan Edukasi

Wakil Ketua DPRD Jatim, Blegur Prijanggono (tengah)
Wakil Ketua DPRD Jatim, Blegur Prijanggono (tengah)

SURABAYA (Lentera) - Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Blegur Prijanggono, mengingatkan bahwa pembatasan jam malam untuk anak semata tidak cukup tanpa pengawasan dan edukasi, terutama terhadap dampak media sosial. Meski demikian dia menyambut positif langkah Pemerintah Kota Surabaya yang menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 400.2.4/12681/436.7.8/2025 terkait pembatasan jam malam bagi anak selama masa libur panjang sekolah.

Blegur menyebut, SE yang ditandatangani Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, merupakan bentuk tanggung jawab negara dalam melindungi tumbuh kembang anak dari potensi bahaya yang kerap muncul di malam hari. Namun menurutnya, energi besar pelajar yang tidak tersalurkan ke arah positif menjadi akar dari berbagai masalah kenakalan remaja, termasuk munculnya fenomena geng pelajar.

“Saya rasa itu bagus, untuk mengantisipasi aksi yang melibatkan dan mempengaruhi pelajar,” ungkap Blegur, Selasa (24/06/2025).

Politisi Partai Golkar tersebut menjelaskan langkah represif harus diimbangi dengan penyediaan ruang-ruang produktif bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka.

“Ya harus disalurkan, supaya aktivitas mereka cenderung ke arah positif,” jelasnya.

Yang menjadi sorotan utama Blegur adalah dampak media sosial terhadap perilaku remaja. Ia menilai, selama ini pemerintah maupun lingkungan keluarga dan sekolah kurang memberi perhatian serius terhadap konten-konten digital yang dikonsumsi pelajar.

“Selama ini, dampak media sosial tidak pernah difikirkan oleh lingkungan atau pemerintah. Harusnya dilakukan antisipatif,” paparnya.

Menurutnya, pelajar di usia produktif cenderung meniru apa yang mereka lihat. Jika tidak dibekali dengan pemahaman literasi digital dan kemampuan menyaring informasi, maka mereka mudah terdorong untuk mengikuti tren yang justru membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

“Yang jelas usia seperti pelajar cenderung meniru. Termasuk dampak media sosial yang tidak bisa difilter oleh orang tua ataupun lingkungan sekolah dan sosial,” pungkasnya. (ADV)

Reporter: Pradhita
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.