
JAKARTA (Lentera) - Para ilmuwan China mengumumkan telah menemukan strain bakteri yang diduga berasal dari luar angkasa, yang hanya ditemukan di dalam Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Mikroorganisme ini disebut sebagai bakteri alien karena belum pernah teridentifikasi atau dijumpai sebelumnya di Bumi.
Badan antariksa China memulai pembangunan Stasiun Luar Angkasa Tiangong pada 2021, dengan peluncuran modul inti ke luar angkasa. Tiga taikonaut –sebutan astronaut China– dikirim ke sana setiap empat bulan untuk melakukan eksperimen di orbit, termasuk mengumpulkan sampel dari permukaan perangkat keras di dalam stasiun antariksa.
Adapun penemuan kali ini bermula pada Mei 2023, ketika taikonaut Fei Junlong, Deng Qingming, dan Zhang Lu mengumpulkan sampel dari sebuah kabin sebagai bagian dari CHAMP, (CSS Habitation Area Microbiome Programme, dan CSS adalah singkatan dari Stasiun Luar Angkasa China). Hasilnya, mereka menemukan bakteri baru.
Diterbitkan di jurnal International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, bakteri baru tersebut diberi nama Niallia Tiangongensis. Bakteri ini berkerabat dengan patogen manusia Niallia circulans, dikaitkan dengan infeksi luka, dan biasanya hidup di tanah.
Tak dijelaskan apakah N. Tiangongensis berevolusi di luar angkasa dari versi N. circulans. Tak dijelaskan pula apakah spora dengan perubahan genetik dan mutasi ini dapat menguntungkan diri mereka dari lingkungan berbeda. Misalnya, spesies baru dapat memecah gelatin, menggunakannya sebagai sumber nitrogen dan karbon.
Kendati begitu, beberapa mutasi protein tampaknya menunjukkan kemungkinan adanya peningkatan kemampuan untuk menciptakan biofilm, yang menghubungkan dan melindungi berbagai mikroorganisme.
Mereka juga memiliki respons yang lebih baik terhadap stres oksidatif dan dapat lebih mudah memperbaiki diri dari kerusakan akibat radiasi. Semua ini akan sangat berguna di luar angkasa untuk melawan gravitasi mikro dan peningkatan tingkat radiasi.
Keberadaan bakteri baru yang bermutasi di luar angkasa bukan hal yang baru. Sebab, kejadian serupa pernah terlihat di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Pada 2018, peneliti menemukan lima galur terkait dengan patogen oportunistik Enterobacter bugandensis. Tahun lalu, peneliti kembali menemukan delapan galur patogen lainnya, yang tampak secara genetik berbeda dari galur-galur di Bumi.
Mempelajari bagaimana bakteri berevolusi di luar angkasa sangat penting bagi kesehatan astronaut, kosmonaut, dan taikonaut di masa depan. Bahkan, meski terjadi mutasi, lingkungan luar angkasa yang kita miliki saat ini mungkin terlalu bersih untuk kesehatan manusia. Pekerjaan ini juga berlaku untuk kehidupan di Bumi.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber