20 May 2025

Get In Touch

Jepang Ciptakan Drone Pemanggil Petir

Ilustrasi (AI)
Ilustrasi (AI)

JAKARTA (Lentera) - Petir merupakan salah satu fenomena alam yang selalu memukau untuk disaksikan. Namun, di era modern, sambaran petir dapat menimbulkan kerusakan serius jika mengenai manusia atau objek di sekitarnya.

Mengetahui di mana dan kapan petir akan menyambar merupakan tantangan bagi para ilmuwan, bahkan metode yang ada untuk melindungi infrastruktur dari petir terkadang tidak selalu berhasil. Namun, hal ini mungkin akan segera berubah.

Perusahaan telekomunikasi Jepang Nippon Telegraph and Telephone Corporation (NTT), punya metode baru untuk memanggil petir di langit. NTT mengklaim menjadi perusahaan pertama di dunia yang berhasil memicu dan menarik petir menggunakan pesawat nirawak alias drone dengan memanfaatkan fluktuasi medan listrik.

Drone tersebut melakukannya melalui “nifty lightning protection” yang dirancang untuk mencegahnya dari malfungsi atau kerusakan, bahkan saat tersambar petir. 

NTT berharap, drone yang dilengkapi nifty lightning protection dapat melindungi kota-kota dan infrastruktur penting dari sambaran petir yang merusak di masa depan.

Di Jepang sendiri, biaya kerusakan akibat petir mencapai 100 hingga 200 miliar Yen per tahun. Jadi, ada alasan kuat kenapa Jepang ingin mengurangi kerusakan akibat petir di masa depan. Masalahnya, metode penangkal petir yang ada saat ini tak melulu berhasil. 

Penangkal petir tradisional mungkin bisa melindungi beberapa tempat, tapi jangkauannya terbatas dan dalam beberapa kasus, penangkal tersebut tidak dapat dipasang sama sekali.

Inilah alasan NTT mulai melakukan berbagai riset teknologi menggunakan drone yang dirancang untuk bisa menangkal sambaran petir. Teknik baru mereka yang disebut “drone-triggered lightning” melibatkan pesawat nirawak yang diterbangkan menuju posisi awan badai dan secara aktif akan memicu sambaran petir, di mana laju petir tersebut dapat diarahkan dengan aman menjauhi tempat-tempat rentan.

Tim di balik inovasi ini telah melakukan eksperimen pemicu petir menggunakan drone antara Desember 2024 hingga Januari 2025. Dalam eksperimen yang dilakukan pada 13 Desember 2024, drone terbang hingga ketinggian 900 meter di atas permukaan tanah di daerah pegunungan Kota Hamada, Prefektur Shimane.

Tim lalu mengidentifikasi kapan awan badai akan mendekat melalui perangkat yang dikenal sebagai field mill, berguna untuk memantau medan listrik di permukaan tanah. 

Ketika kekuatan medan listrik meningkat karena kedatangan awan badai, drone akan meluncur ke langit dan mendekatinya. Saat petir menyambar drone, listrik mengalir melalui kabel dengan tegangan mencapai 2.000 volt. Listrik itu diarahkan ke tanah.

Petir yang menyambarkan drone hanya mengakibatkan sedikit kerusakan pada rangka pelindung. Drone tersebut tetap bisa terbang tanpa ada masalah apa pun. Tim juga menguji kemampuan bertahan drone dengan petir buatan. Hasilnya, drone mampu bertahan dari sambaran petir hingga 150 kiloampere–lima kali lebih kuat dari sambaran petir alami.

Penemuan drone anti-petir ini dapat menjadi langkah baru dalam melindungi infrastruktur kota yang rentan dan lokasi penting lainnya dari sambaran petir di masa depan. 

Saat ini, NTT berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang cara memprediksi sambaran petir di suatu lokasi dan memahami cara kerja petir. Mereka juga berharap dapat mengembangkan cara untuk menangkap energi yang dilepaskan petir. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.