19 May 2025

Get In Touch

Kisah Jurnalis Foto Fatima Hassouna yang Dibunuh Israel, Konsisten Memotret Perang di Gaza

JURNALIS FOTO TEWAS - Fatima Hassouna, seorang jurnalis foto kesayangan di Gaza, terbunuh bersama lima saudara perempuannya pada 16 April 2025 (Instagram/fatma_hassona2)
JURNALIS FOTO TEWAS - Fatima Hassouna, seorang jurnalis foto kesayangan di Gaza, terbunuh bersama lima saudara perempuannya pada 16 April 2025 (Instagram/fatma_hassona2)

SURABAYA (Lentera) -Dihargai dan dikagumi, jurnalis foto Fatima Hassouna dikenal oleh banyak orang di Gaza karena kreativitas, bakatnya dan yang terbaru dokumentasinya tentang perang Israel di Gaza. 

"Fatima bermimpi bepergian dan melihat dunia," kata sepupunya, Salma al-Suwairki, kepada Middle East Eye. 

"Ia bercerita kepada saya bahwa ia menabung uang hasil jerih payahnya agar ia dan keluarganya dapat bepergian setelah perang sehingga mereka semua dapat berkumpul untuk melaksanakan umrah."

Akan tetapi, wanita berusia 25 tahun itu, seperti banyak orang di daerah kantong yang terkepung itu, tidak mampu bertahan hidup untuk mengabadikan momen perang berikutnya. 

Rabu pagi, Hassouna tewas akibat serangan Israel yang menargetkan rumah keluarganya di Kota Gaza. 

"Kabar tentang kesyahidannya sangat mengejutkan semua orang. Kami sangat sedih untuknya karena Fatima pantas menjalani kehidupan yang baik dan tidak pantas mengalami akhir seperti ini," Suwairki, 34, menambahkan. "Fatima pantas menjalani kehidupan yang lebih baik dari ini."

Fotografer tersebut tewas dalam serangan itu bersama enam saudara kandung lainnya. Orangtuanya terluka, tetapi selamat.

Ayahnya tidak menyadari kematian anak-anaknya: dia tetap dalam kondisi kritis setelah serangan itu.

Festival Film Canne 2025 menayangkan satu film dokumenter yang mengisahkan seorang jurnalis foto dan seniman Gaza bernama Fatima Hassouna. Film tersebut, disutradarai oleh Sepideh Farsi, tayang pada Jumat (15/5) sebagai bagian dari ACID (Association for the Distribution of Independent Cinema).

Sayangnya, Fatima Hassouna tidak mendampingi Sepideh Farsi di Cannes saat penayangan. Sebab, ia tewas dalam serangan udara Israel di Gaza pada 16 April 2025. Ia meninggal satu hari setelah film bertajuk Put Your Soul on Your Hand and Walk itu resmi diumumkan akan tayang di Cannes.

Mendiang Fatima Hassouna, juga dikenal dengan nama Fatma Hassona, merupakan jurnalis foto asal Gaza yang aktif mendokumentasikan horornya lanskap Gaza dan kepedihan hidup warga Gaza di bawah serangan Israel.

Dikutip dari CNN International, Fatima tewas bersama 10 anggota keluarganya usai pasukan Israel (IDF) melancarkan serangan ke kediamannya di Gaza Utara. Sepupu Fatima, Hamza Hassouna, mengatakan, saat serangan terjadi, ia tengah berada di rumah. Ia selamat dari pengeboman tersebut.

“Saya sedang duduk (di rumah) ketika tiba-tiba, dua roket jatuh—satu di sebelah saya dan satu lagi di ruang keluarga. Rumah kami rubuh dan segalanya sangat kacau,” kata Hamza.

Sepideh Farsi, sutradara perempuan asal Iran, mengungkapkan duka mendalam atas kepergian Fatima. Ia dan Fatima bekerja sama selama satu tahun selama proses pembuatan film tersebut.

“Ia sungguh merupakan cahaya, sangatlah berbakat. Ketika Anda menonton filmnya, Anda akan mengerti. (Sebelum Fatima meninggal) saya mengobrol dengannya selama berjam-jam untuk mengabarkan dia bahwa filmnya masuk Cannes dan saya ingin mengundang dia,” ucap Sepideh, dikutip dari AFP.

Festival Film Cannes turut mengungkapkan duka atas tewasnya Fatima. Mereka mengatakan, film ini menjadi penghormatan bagi jasa-jasa Fatima selama perang di Gaza.

“Jurnalis foto Palestina berusia 25 tahun itu telah menetapkan misi hidupnya untuk menyaksikan kehidupan sehari-hari penduduk Gaza di 2025 lewat jasa dan dedikasinya, mengadang risiko yang diasosiasikan dengan perang di wilayah kantung Gaza,” ungkap Festival Film Cannes dalam keterangan resminya.

Sosok Fatima

Fatima Hassouna adalah jurnalis foto dan seniman Gaza yang meninggal dunia di usia 25 tahun. Dilansir The Guardian, Fatima tewas hanya beberapa hari sebelum hari pernikahannya.

Sebagai jurnalis foto, Fatima tak pernah letih mendokumentasikan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza selama 1,5 tahun terakhir. Akun Instagram Fatima, @fatma_hassona2 menjadi ruang bagi Fatima membagikan karya-karya fotografinya yang memusatkan kehancuran wilayah Palestina itu akibat agresi militer Israel. Mulai dari potret pilu korban-korban berjatuhan, foto warga Gaza yang menyiratkan harapan, hingga reruntuhan bangunan yang ikut meruntuhkan hati.

Pada Agustus 2024, Fatima mengunggah tulisan menyayat hati. Dalam tulisan tersebut, ia menegaskan, ia ingin kematiannya sebagai bentuk perjuangan yang bermakna.

“Jika saya meninggal, saya ingin kematian yang lantang. Saya tidak ingin hanya menjadi breaking news, sekadar angka dalam kelompok. Saya ingin kepergian saya menjadi kematian yang akan didengar dunia, sebuah dampak yang akan terus ada sepanjang waktu, dan potret abadi yang tak akan terkubur oleh ruang dan waktu,” tulis Fatima dikutip Kuimparan.

Fatima Hassouna dideskripsikan sebagai pribadi periang yang tak kenal takut. Sepideh Farsi menyebut, film dokumenternya akan berfokus pada hidup dan Gaza lewat kacamata Fatima.

“Fatima menjadi mata saya di Gaza. Ia adalah pribadi yang berapi-api dan penuh kehidupan. Saya merekam tawanya, air matanya, harapannya, dan rasa depresinya,” kata Sepideh, sebagaimana dilansir The Guardian.

Pujangga asal Gaza, Haidar al-Ghazali, mengungkapkan bahwa sebelum Fatima terbunuh, ia sempat meminta Haidar menuliskan puisi untuknya ketika dia meninggal. Puisi karya Haidar tentang Fatima pun diunggahnya di media sosial.

“Matahari di hari ini tidak akan membawa luka. Tanaman dalam pot akan merapikan diri mereka untuk menyambut tamu yang penuh kelembutan. Matahari akan cukup terang untuk membantu para ibu mengeringkan pakaian dengan cepat, dan cukup teduh untuk anak-anak bermain di luar sepanjang hari. Matahari di hari ini tidak akan terik bagi siapa pun.”

Editor: Arifin BH

 

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.