
SURABAYA (Lentera)– Beberapa tahun terakhir, istilah zero waste mulai akrab di telinga masyarakat urban, khususnya generasi muda. Tren ini menekankan pada gaya hidup minim sampah, mengurangi konsumsi barang sekali pakai, serta mendorong praktik daur ulang dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak masyarakat memamerkan penggunaan totebag, sedotan stainless, atau sabun batangan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Di kalangan anak muda urban, kesadaran akan lingkungan memang mengalami peningkatan.
Tak sedikit pula yang menerapkan gaya hidup ini sebatas mengikuti tren. Produk-produk berlabel “eco-friendly” menjamur di pasaran, dari tisu daur ulang hingga pembalut berbahan dasar kain. Sayangnya, beberapa di antaranya dibanderol dengan harga yang cukup tinggi.
Konsep dasar zero waste ialah memaksimalkan apa yang sudah dimiliki, bukan membeli produk baru. Contohnya, menggunakan botol bekas sebagai pot tanaman, menjahit ulang pakaian lama, atau sekadar membawa kantong belanja dari rumah. Praktik ini justru lebih dekat dengan kebiasaan orang tua zaman dulu yang terbiasa hidup hemat dan tidak konsumtif.
Di tengah popularitas zero waste, sejumlah komunitas lokal hadir sebagai penggerak kesadaran yang lebih membumi. Komunitas seperti Zero Waste Indonesia, Tukar Baju Surabaya, hingga gerakan Bank Sampah di berbagai kelurahan aktif mengedukasi masyarakat bahwa hidup minim sampah bisa dimulai dari langkah kecil.
“Banyak orang mengira zero waste itu sulit, padahal bisa dimulai dari memilah sampah di rumah dan membawa tumbler sendiri,” ujar Iza, relawan dari Gerakan Surabaya Tanpa Plastik dikutip pada Selasa, (15/4/2025).
Tak kalah penting, dukungan dari pemerintah juga dibutuhkan. Kebijakan pengurangan plastik sekali pakai sudah diterapkan di beberapa kota besar, namun implementasinya belum konsisten. Di sisi lain, fasilitas daur ulang dan edukasi masyarakat perlu terus diperluas.
Gaya hidup zero waste seharusnya tidak semata soal tren, tapi perubahan pola pikir. Bukan sekadar membeli sedotan logam atau sabun vegan, melainkan tentang kesadaran untuk mengonsumsi secara bijak, meminimalisir limbah, dan mencintai bumi dalam tindakan nyata.
Penulis: Elvy-Mg2/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber