MALANG (Lentera) - Dari permainan bola plastik di ruang tengah rumahnya, hingga mencetak dua gol gemilang ke gawang Yaman di laga kedua Grup C Piala Asia U-17 2025, Senin (7/4/2025) lalu. Perjalanan Evandra Florasta tak lepas dari tangan dingin sang ayah yang seorang prajurit TNI.
Anak tentara asal Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, ini kini bersinar sebagai bintang baru Timnas U-17, berkat tempaan disiplin militer dan kerja keras sejak usia dini.
Oktamus Silvester, ayah Evandra, bercerita sejak usia dua tahun, putra sulungnya itu mulai diperkenalkan dengan berbagai mainan, mulai dari alat musik hingga panah dan pistol-pistolan. Namun hanya satu mainan yang benar-benar menarik perhatian sang anak, yakni bola plastik.
"Sejak usianya 2 tahun, saya sudah mencari tahu hobi dia. Saya pergi ke pasar beli semua mainan plastik. Mulai dari alat musik plastik, raket, panahan, mobil-mobilan, dan bola plastik. Saya simpan di ruang tengah, di depan TV. Besoknya saya melihat dia pegang bola, sejak saat itu saya berfikiran anak ini suka bola," ujar Oktamus, Sabtu (12/4/2025).
Dari situlah, langkah awal pembentukan karakter dan potensi Evandra dimulai. Oktamus pun mengubah rumahnya menjadi ‘arena latihan’ kecil dengan bola plastik sebagai elemen utama. Hampir seluruh sudut rumah, menurutnya, mulai dari dapur, kamar tidur, hingga ruang televisi, dipenuhi bola.
"Semua sisi rumah isinya bola. Mau makan pun, di bawah kolong meja makan bola. Saya sengaja lakukan itu biar dia suka, kalau orang suka itu pasti dia akan kejar," katanya.
Semangat membentuk anaknya menjadi atlet sepak bola tak hanya sebatas pada lingkungan rumah. Menurut Oktamus, saat berusia tujuh tahun, Evandra sempat bergabung di salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kota Malang. Namun, SSB tersebut bubar dalam waktu singkat.
Hal tersebut tak membuatnya berhenti. Oktamus memilih melatih anaknya sendiri. Dengan kedisiplinan khas militer, ia menyusun jadwal latihan yang ketat dan berkelanjutan.
"Usia 7 tahun dia latihan setiap hari, 5 jam rutin. Pukul 05.00 WIB kita latihan selama 2 jam, kemudian pulang sekolah 1 jam. Setelah makan dan tidur siang, latihan lagi 1 jam dan malam sebelum tidur kita latihan 1 jam lagi," bebernya.
Program latihan itu bukan sekadar fisik. Pria berusia 44 tahun ini juga mengajarkan teknik menggiring bola, berlatih kerja sama tim, hingga menyempurnakan tendangan. Semua dijalani dengan komitmen dan ketelatenan, bak pelatihan prajurit muda.
Tak berhenti di latihan, perhatian pada gizi juga menjadi hal penting dalam pola pembinaan Oktamus terhadap Evandra. Menurutnya, sang anak yang lahir pada 17 Juni 2008 ini, telah dibiasakan mengonsumsi susu sapi setiap malam sebelum tidur, sebagai bagian dari asupan nutrisi pendukung performa fisiknya.
"Saya juga selalu pesan, jangan cepat puas. Ini belum apa-apa. Perjalanan masih panjang. Apapun hasilnya, evaluasi setelah bertanding itu wajib," tegasnya.
Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH