
JAKARTA (Lenteratoday) - Pentingnya prakiraan cuaca tidak bisa dianggap sepele, mengingat cuaca dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Keputusan penting, keselamatan, hingga cara hidup kita semua terpengaruh oleh kondisi cuaca. Dalam era perubahan iklim yang semakin nyata, keakuratan prakiraan cuaca menjadi semakin kritis karena cuaca ekstrem dapat terjadi lebih sering. Namun, saat ini banyak model prakiraan cuaca yang dirasakan masih kurang akurat, khususnya untuk jangka pendek.
Kecerdasan artifisial (AI) adalah strategi baru favorit Google dan inovasi berikutnya yang akan digunakannya adalah prakiraan cuaca. GenCast adalah model pembelajaran mesin yang dilatih menggunakan data cuaca selama 40 tahun, dari 1979 hingga 2018.
Perusahaan ini memperkenalkan GenCast, sebuah "model ensembel AI beresolusi tinggi" yang dijelaskan secara terperinci dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Nature.
Dilaporkan Gsmarena pada Jumat (6/12/2024) waktu setempat, prakiraan cuaca yang akurat penting untuk segala hal, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga kesiapsiagaan bencana dan bahkan energi terbarukan.
Dan GenCast mengalahkan sistem teratas saat ini, ENS milik ECMWF, dalam prakiraan hingga 25 hari sebelumnya.
ENS merupakan salah satu model prakiraan cuaca terbaik di dunia yang dijalankan oleh European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF). Penelitian menunjukkan bahwa GenCast ternyata mampu memberikan peringatan dini rata-rata 12 jam lebih awal untuk jalur siklon tropis.
GenCast adalah model difusi, mirip dengan yang mungkin pernah dilihat di generator gambar AI.
Namun, model ini disetel khusus untuk geometri Bumi. Model ini dilatih pada data historis empat dekade dari arsip ECMWF.
Untuk mengujinya, Google melatih GenCast pada data cuaca historis hingga 2018 dan menjalankan 1.320 prakiraan cuaca berbeda untuk 2019 dan membandingkan outputnya dengan ENS dan cuaca aktual.
GenCast lebih akurat daripada ENS dalam 97,2 persen kasus, naik hingga 99,8 persen lebih akurat untuk prakiraan cuaca 36 jam ke depan atau lebih lama.
Dalam sebuah demo, Google menugaskan GenCast untuk memperkirakan jalur Topan Hagibis, yang melanda Jepang pada 2019.
Publik dapat melihat jalur yang diambil topan tersebut berwarna merah, sedangkan jalur yang mungkin diprediksi oleh model AI Google berwarna biru.
Pada hari ke-7, topan-topan tersebut menyebar cukup jauh, tetapi semakin menyempit di jalur sebenarnya saat topan semakin dekat ke daratan.
Inovasi ini dinilai memberikan waktu lebih banyak kepada pemerintah daerah untuk bersiap menghadapi cuaca buruk sebagai salah satu contoh kasusnya.
GenCast juga dapat memprediksi kecepatan angin di dekat ladang angin, cuaca di atas ladang surya, dan sebagainya.
GenCast adalah "model ansambel", yang berarti menghasilkan 50+ prediksi dengan probabilitas yang berbeda.
Menurut Google, salah satu prediksi tersebut yang mencakup prakiraan cuaca selama 15 hari dapat dibuat dalam 8 menit di Google Cloud TPU v5.
Beberapa prediksi dapat dilakukan secara paralel. Sementara itu, model prakiraan cuaca tradisional membutuhkan waktu berjam-jam di komputer super.
Google merilis GenCast sebagai model terbuka dan membagikan kode dan bobotnya.
Perusahaan berencana untuk terus bekerja sama dengan lembaga prakiraan cuaca dan ilmuwan untuk membuat prakiraan cuaca di masa mendatang menjadi lebih baik.
Model AI terbaru ini diharapkan tidak hanya membawa kemajuan dalam prakiraan cuaca dunia, tetapi juga memberikan manfaat lebih luas dalam perencanaan bencana, pertanian, dan berbagai sektor lain yang bergantung pada data cuaca yang akurat.
Co-Editor: Nei-Dya