
Surabaya – Pilkada Serentak 2020 kurang 4 bulan lagi. NamunSurabaya sebagai daerah yang ikut menggelar pesta demokrasi ini masih ‘woles’,kontestasi politiknya belum sepanas wilayah lain yang telah mendeklarasikanpara calonnya.
Ya, hingga kini baru Machfud Arifin yang resmi mendapatkanrekomendasi 8 partai politik. Tersisa 2 partai yaitu PDIP dan PSI yang belummenunjuk siapa jagonya.
Meski demikian, berbagai harapan terus mengalir terkaitkriteria sosok yang layak memimpin Kota Pahlwan. Pengamat Komunikasi Politikasal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo mislanya, berharap walikota pengganti Tri Rismaharinialias Risma memiliki kemampuan sekelas Bambang DH.
Suko menuturkan dalam satu dekade terakhir, Surabaya kehilangankarakter. “Kehilangan spirit kesurabayaan, jujur saja. Surabaya tidak ber-rohapa berkarakter itu ya dekade ini,” katanya, Minggu (2/8/2020).
Ditegaskan Suko, Bambang DH lah yang meletakkan dasar saatperiode pertama menjadi wali kota periode Tahun 2002-2010.“ Tahun 2003, PakBambang meletakkan dasar pembangunan kota Surabaya, dengan pendekatan ilmiahuntuk menata kota. Jadi grand strategy 2003-2020,” kata Suko.
Suko tahu betul, karena saat itu ikut masuk tim besarpenyusun grand stategy. “Bappeda (kini Bappeko) itu bagaimana menyusun grandstrategy, sudah. Misalnya kota lama jadi apa, daerah ini ada apa,” katanya.“Dandetail Pak Bambang itu. Wis repot ngapusi Pak Bambang, gak iso (susahmembohongi Bambang DH). Iki lho kok iso ngene iki, ngene iki (paling hanyabilang kok bisa seperti ini),” sambungnya.
Bambang DH disebut Suko juga tak pernah marah atau memecatorang. “Kecuali oknum, kenakalan, tapi secara tugas itu beliau tak pernah mecatorang,” katanya.
Justru dia banyak membantu agar orang tersebut jadi.“Orang-orang yang kepala dinas sekarang, itu sebenarnya ketika masa-masa itudiberi kesempatan Pak Bambang untuk belajar,” ucapnya.
Jadi, menurutnya tak berlebihan bila dia menyebut sosok yangideal memimpin Surabaya pasca Risma harus sekelas Bambang DH. “Ya kayak PakBambang. Maksud saya, dia cerdas karena basic-nya ilmiah. Memiliki kemampuanlobi, terus komunikasinya bagus. Pak Bambang punya tiga ini,” kata Suko yangjuga ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair.
Dalam hal komunikasi, misalnya. Bambang DH terkadang lebihbanyak mendengar. “Komunikasi kan bukan sekadar pidato. Kadang Pak bambangdiam, mendengarkan, sambil mikir. Jadi mau mendengarkan,” ujarnya.
Contohnya saat pembangunan Kali Lamong, di masa itu GubernurJatim Imam Utomo ingin pembangunan diarahkan ke Tanjung Bumi di Madura.Bukannya menantang dengan frontal, tapi Bambang DH mengajukan fakta-fakta dandata kuat kenapa Teluk Lamong lebih visible. Dari jarak yang lebih dekat denganTanjung Perak, kesiapan fasilitas pergudangan hingga infrastrtuktur jalan.“Jadi memang dasarnya data,” katanya.
Begitu juga soal blusukan untuk melihat langsung kondisi warga yang dipimpinnya, Suko bahkan menyebut Presiden Jokowi masih kalah dengan Bambang DH.“Nuwun sewu ya. Blusukannya Pak Jokowi pakai wartawan, Pak Bambang enggak. Blusukan-blusukan aja, orang enggak tahu bahwa itu wali kota, itu enggak ngerti. Sik kerso (masih mau) naik sepeda motor,” katanya.(ist)