18 April 2025

Get In Touch

SAE Lakuli Latih Kemandirian Warga Binaan dengan Kegiatan Produktif

Warga Binaa Lapas Kediri yang telah memenuhi persyaratan administratif dan substantif dibawah pengawasan petugas Lapas Kediri melakukan kegiatan pembuatan tempe di program SAE Lakuli.
Warga Binaa Lapas Kediri yang telah memenuhi persyaratan administratif dan substantif dibawah pengawasan petugas Lapas Kediri melakukan kegiatan pembuatan tempe di program SAE Lakuli.

KEDIRI (Lenteratoday) - Kalapas Kelas IIA Kediri, Urip Dharma Yoga, memperkenalkan program Sarana Asimilasi dan Edukasi Lapas Kulon Kali (SAE Lakuli). Kegiatan merupakan hasil pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Program tersebut dikenalkan langsung oleh Urip Dharma Yoga pada awak media di Jalan Selomangleng Kelurahan Pojok Kota Kediri, Senin (14/10/24). Dalam kesempatan itu juga digunakan untuk memperkanalkan diri karena baru beberapa bulan dilantik sebagai Kalapas Kelas IIA Kediri. Selain itu juga memaparkan aktivitas produktif yang dilakukan oleh warga binaan Lapas Kediri.

Lokasi Lakuli Lapas yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Kantor Lapas Kediri ini setiap hari diisi 11 WBP yang telah memenuhi persyaratan administratif dan substantif. Para WBP di Lakuli terlibat dalam berbagai kegiatan produktif, seperti produksi tempe, peternakan kambing, perikanan, jasa potong ayam, pertukangan kayu, hingga las.

Menurut Urip, kegiatan ini tidak hanya bermanfaat untuk kemandirian para WBP, tetapi juga memberikan cuan atau pemasukan bagi negara. “Hasil penjualan produk dari Lakuli kita setorkan sebagai PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak),” ungkapnya.

“Setiap bulan, dan warga binaan mendapatkan upah premi 10% dari keuntungan. Meski kecil, uang itu bisa ditabung atau digunakan sebagai modal saat mereka kembali ke masyarakat,” imbuh Urip.

Di antara berbagai produksi, tempe menjadi komoditas terbesar, dengan penjualan mencapai 24 kilogram per hari. Hasilnya, WBP tidak hanya mendapatkan keterampilan yang berguna saat bebas nanti, tetapi juga mampu memberikan sumbangsih PNBP sekitar Rp. 900.000 per bulan.

Salah satu warga binaan, Yudhi (42), yang tengah menjalani hukuman 11 tahun karena kasus perundungan anak, mengungkapkan dirinya ditempatkan di bagian produksi tempe. “Saya sangat senang dengan kegiatan ini. Saya menjalankan hukuman dengan membuat tempe setiap hari. Selain dapat ketrampilan juga dapat premi sebagai modal nanti jika sudah keluar,” jelasnya. (*)

Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.