08 April 2025

Get In Touch

Cerita Pekerja Industri Kreatif: Konten Viral Itu ya Kena Mental

Rahmad Suryadi, seorang pekerja di industri kreatif. (Dok. Pribadi)
Rahmad Suryadi, seorang pekerja di industri kreatif. (Dok. Pribadi)

SURABAYA (Lenteratoday) - Berdasarkan hasil survei mandiri yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur pada Agustus 2024 terkait kesehatan mental di tempat kerja, sebanyak 23 persen pegawai di suatu instansi terindikasi memerlukan layanan kesehatan jiwa. 

Direktur RSJ Menur, drg. Vitria Dewi, M.Si mengungkapkan, indikasi tersebut terjadi karena stress yang dialami seorang individu dalam bekerja. 

Menurutnya, fenomena stress di tempat kerja terjadi karena beberapa hal. Mulai dari komunikasi yang tidak baik antar rekan kerja, relasi kerja buruk, minim apresiasi, tidak dapat menyampaikan pendapat, hingga job description dan karir yang tidak jelas.

"Hal-hal tersebut pasti akan menurunkan kinerja seorang individu di tempat kerja," kata drg. Vitria dalam technical meeting lomba jurnalistik.

Guna mengatasi hal itu, drg. Vitria menuturkan, seseorang harus dapat membangun ketangguhan resiliensi terhadap tekanan terutama ketika di tempat kerja. 

Upaya untuk meningkatkan ketangguhan resiliensi tersebut dapat dilakukan dengan cara regulasi emosi, membangun kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas, meningkatkan relasi sosial, hingga mendapatkan dukungan dari keluarga.

"Resiliensi itu perlu dilakukan supaya stress yang kita hadapi bisa kita hadapi dengan baik, dan tidak menimbulkan suatu depresi. Karena orang dengan masalah jiwa akan berdampak pada fisiknya dan masalah fisim akan berdampak pada mental mereka," tuturnya.

Manajemen Stress dan Tips Mengatasi Stress di Tempat Kerja

Dalam kesempatan itu, dokter spesialis kesehatan jiwa dari RSJ Menur dr. Efendi Rimba, SP.Kj, turut membagikan beberapa tips mengatasi stress di tempat kerja.

Pertama yaitu dengan menyeimbangkan hidup dalam lingkungan sosial dan pekerjaan. Selain itu, bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya.

Lalu, lakukan kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan. Keempat, jagalah kesehatan dengan olahraga atau aktivitas fisik secara teratur.

"Tidur cukup, makan bergizi seimbang, terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Lalu kembangkan hobi yang bermanfaat, meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan, berpikir positif dan tenangkan pikiran dengan relaksasi," kata dr. Efendi. 

Sementara, bagi tempat kerja, dr. Efendi mengungkapkan jika tempat kerja dapat mengadakan workshop atau pelatihan untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di tempat kerja.

Selain itu, tempat kerja juga dapat menyediakan akses dukungan kesehatan mental, baik di puskesmas atau di rumah sakit umum atau rumah sakit jiwa. 

"Lalu, ciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Misalnya bisa melakukan bawahan atau rekan kerjanya dengan manusiawi dan saling support satu sama lain. Lalu lakukan juga pelatihan manajerial untuk bisa mengatasi adanya gangguan mental di tempat kerja," tukasnya.

Work Life Balance ala Milenial

Sementara itu, salah satu pekerja di Industri kreatif Rahmad Suryadi mengungkapkan, jika menjaga kesehatan mental di tempat kerja sangat penting baginya.

"Karena kesehatan mental dalam dunia kerja adalah yang paling utama menurut saya. Karena dengan  mental yang sehat, saya bisa berfikir rasional dan logis. Apalagi kerjaanku di bidang industri kreatif yg membutuhkan kreatifitas serta ketenangan dalam berfikir," ungkap Rahmad, Kamis (10/10/2024).

Rahmad mengaku, jika dirinya terkadang merasa stress kala harus dikejar deadline, dan memenuhi target konten.

Selain itu, sebagai pekerja kreatif, ia juga ditarget supaya konten yang dibuat dapat dinotice oleh masyarkat atau "Viral".  

Menurutnya, konten viral dapat menjadi suatu indikator keberhasilan kontennya menghibur,  edukatif dan banyak orang yang suka. 

Namun, di sisi lain, jika konten tersebut viral sebagai indikator kegagalan, yaitu apabila konten yang dibuat tidak diterima oleh masyarakat dengan baik, sehingga menimbulkan hate speech atau saling mencaci antar warganet di kolom komentar.

"Hal-hal semacam itu menurut saya mengganggu mental saya selama bekerja. Kita yang bekerja itu merasa was-was dan memicu stres. Tapi ya tahap stressnya enggak sampai yang depresi," aku Rahmad. 

Untuk mengatasi masalah setress dalam pekerjaannya, ternyata Rahmad mempunyai cara tersendiri. Dalam hal ini, ia menerapkan work life balance. 

Misalnya saja, saat mulai suntuk, ia biasanya mereganggkan fikiran dengan cara bermain gim, bercanda bersama teman-teman satu divisi yang mempunyai taste bercanda yang sefrekuensi.

"Kebetulan saya seorang editor, jadi biasanya saya mempunyai spare waktu untuk istirahat sejenak di tengah-tengah waktu ngedit. Ya mungkin 10-15 menitan untuk lihat video-video di youtube, sekaligus mencari inspirasi dan referensi video," tutur pria 29 tahun ini. 

"Di tambah lagi teman-teman kantor sangat supportif karena sebagian besar mereka suka bercanda. Jadi di kantor berasa kaya lagi di tongkrongan. Bedanya, nongkrongnya harus ada target," tambahnya sembari senyum.

Di momen Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, Rahmad juga berharap agar para pekerja mempunyai mental yang bagus dan kuat dalam menghadapi segala macam tekanan dalam dunia pekerjaan. 

"Karena semakin hari, bulan, tahun yang namanya perusahaan itu selalu mempunyai permintaan, target dan capaian. Tapi perlu di garis bawahi, setiap target dalam kurun waktu dari tahun ke tahun itu selalu meningkat, tidak turun ataupun bertahan ditarget yang sekarang kita capai. Jadi semangat buat para pekerja, kuatin mental dan lampaui skill yang kamu dapat sekarang,"  harapnya.

Diketahui, sebagai salah satu rumah sakit jiwa di terbesar di Jawa Timur, RSJ Menur selalu menggaungkan sehat jiwanya, sehat raganya.

Untuk itu, jika Anda butuh bantuan RSJ Menur siap memberikan layanan konsultasi psikolog online gratis melalui nomor 081347275307 atau melalui media sosial Instagram @rsjiwamenur. (*)

Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.