
PERJALANAN (Lenteratoday) -Selasa pagi, 6 Maret 2018 suasana di Pasar ‘Old City’ atau Kota Tua Yerusalem, Palestina dipenuhi oleh para pembelanja.
Sebagian besar pengunjungnya warga setempat -campuran antara orang Yahudi dan asli Palestina. Mereka menggunakan bahasa Ibrani. Selebihnya pendatang alias turis sebagaimana saya.
Dari tempat penginapan di jalanan atas masuk harus memasuki lorong yang berliku. Jalanan di Kota Yerusalem, utamanya menuju kompleks Al Aqsha terdiri dari bebatuan. Sangat khas. Warnanya kuning. Menandakan usianya sangat tua.
Yerusalem, kota yang betul-betul sangat tua. Usianya lebih dari 5.000 tahun. Tapi sekarang Yerusalem sudah berkembang pesat.
Kota tua ini secara tradisional terbagi menjadi empat bagian, yaitu Muslim (Muslim Quarter); Yahudi (Jewish Quarter); Kristen (Christian Quarter) dan Atmenia (Armenian Quarter).
Satu lagi, kompleks Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha. Sebuah kawasan khusus yang secara faktual merupakan kawasan Tanah Suci kaum Muslim.
Yerusalem sering menjadi berita hangat, sebelum saya menginjakkan kaki disana. Terutama konflik di seputar kompleks Al Aqsha.
Di sepanjang jalan tampak anak-anak jualan roti. Orang tua jualan buah, yang lagi musim waktu itu buah delima. Ya, buah delima. Warnanya merah merona dengan ukuran besar-besar. Buah ini selalu ada di Yerusalem.
Mendekati arah keluar pasar, berjajar-jajar penjual surat kabar dan buku bacaan. Hari ketiga saya ziarah di Yerusalem dan sekitarnya, memang banyak melihat penjual koran.
Warga Yerusalem umumnya suka membaca. Seridaknya masih ada penjual koran dan majalah!
Dokumen tertua ditemukan
Saya tertarik banget: surat kabar tetap bisa "hidup" di tengah situasi yang waktu itu sudah muncul tanda-tanda terjadi perang ulang antara Palestina dengan Israel.
Dari arsip Kepustakaan Nasional, diperoleh data: sebuah pecahan tanah liat dari abad ke-14 SM ditemukan pada penggalian di luar dinding kota tua Yerusalem. Peacahan tanah itu berisi dokumen tertua yang pernah ditemukan di Yerusalem, para peneliti di Universitas Yahudi di Yerusalem.

Penemuan itu dipercaya merupakan bagian dari sebuah lembaran atau tablet arsip kerajaan, yang kemudian memberikan keterangan tentang pentingnya Yerusalem sebagai kota utama pada akhir zaman perunggu, jauh sebelum ditaklukkan oleh Raja Daud, kata para peneliti.
Pecahan tanah liat tersebut terlihat baru-baru ini selama penyaringan tanah dan kerikil dari bawah menara abad ke-10 SM dari periode Raja Salomo di kawasan Ofel yang terletak di antara dinding bagian selatan kota tua Yerusalem dan kota Daud arah selatannya. Rincian penemuan itu diterbitkan di Jurnal Israel Exploration.
Penggalian di Ofel dilakukan oleh Dr. Eilat Mazar mendapat pendanaan dari Daniel Mintz dan Meredith Berkman dari New York, yang juga menyediakan dana untuk penyelesaian penggalian dan pembukaan situs itu untuk publik .

Pecahan yang ditemukan tersebut berukuran 2 x 2,8 cm dan memiliki ketebalan 1 cm. Pecahan yang berasal dari abad ke-14 SM itu nampaknya merupakan bagian dari sebuah lembaran dan berisi tulisan simbol kuno dalam bahasa Akkadia yang merupakan bahasa umum pada periode itu.
Bentuk kata-kata simbol tidaklah begitu penting, tapi yang berarti ialah naskahnya yang berasal dari tingkatan yang sangat tinggi, memberikan fakta bahwa itu ditulis oleh seorang penulis yang sangat ahli yang mirip dengan lembaran yang disediakan untuk kerajaan pada waktu itu kata Profesor Wayne Horowitz yang merupakan ahli Asiriologi. Horowitz menguraikan naskah itu bersama Dr. Takayoshi Oshima dari Universitas Leipzig Jerman.
Lembaran-lembaran dengan pesan diplomatis secara rutin dipertukarkan antar raja-raja di Timur Dekat, kata Horowitz, dan ada kecenderungan besar, karena naskahnya yang berkelas dan faktanya bahwa itu ditemukan berdekatan di area akropolis kota kuno, pecahan tersebut dulunya merupakan bagian dari "surat kerajaan". Horowitz menerjemahkan simbol-simbol pada pecahan termasuk kata-kata seperti "kamu", "kamu adalah", "nanti", "melakukan" dan "mereka".
Catatan tertulis tertua yang sebelumnya ditemukan di Yerusalem adalah lembaran yang ditemukan di parit Siloa di wilayah Kota Daud selama pemerintahan Raja Hizkia pada abad ke-8 SM. Lembaran tersebut yang mengakhiri proyek di parit tersebut sekarang berada di sebuah museum di Istanbul. Penemuan terbaru melampaui waktu lembaran Hizkia sekitar 600 tahun.
Pecahan yang ditemukan di Ofel diyakini sejaman dengan 380 lembaran yang ditemukan pada abad ke-19 di Amarna Mesir pada arsip Firaun Amenhotep IV (Akhenaten) yang hidup pada abad ke-14 SM.
Arsip-arsip termasuk lembaran-lembaran dikirim kepada Akhenaten oleh raja-raja yang tunduk padanya di Kanaan dan Siria dan termasuk rincian tentang hubungan yang rumit di antara mereka yang mencakup banyak segi pemerintahan dan masyarakat. Di antara lembaran tersebut ada enam yang dialamatkan dari Abdi-Heba yang merupakan penguasa Yerusalem dari Kanaan.
Pecahan lembaran di Yerusalem rupanya merupakan bagian dari sebuah pesan yang akan dikirim dari raja Yerusalem, mungkin Abdi-Heba, kembali ke Mesir, kata Mazar.
Pemeriksaan bahan pecahan oleh Profesor Yuval Goren dari Universitas Tel Aviv menunjukkan bahwa pecahan itu berasal dari tanah di wilayah Yerusalem dan tidak sama dengan bahan-bahan dari wilayah lain yang memberikan keterangan bahwa itu rupanya merupakan bagian sebuah lembaran arsip kerajaan di Yerusalem berisi salinan lembaran-lembaran yang dikirim oleh raja Yerusalem kepada Firaun Akhenaten di Mesir.
Kawasan Palestina dan wilayah Mesir, menurut saya selalu menarik untuk dicermati. Palestina dan Mesir, membuat ingin kembali.
Penulis: Arifin BH, wartawan dan penulis buku