10 May 2025

Get In Touch

Pria di Jepang Menyelam Ratusan Kali ke Dasar Laut Mencari Jasad Istrinya

Yasuo Takamatsu (65) telah menyelam ratusan kali untuk mencari jejak istrinya yang hilang (Japan Daily)
Yasuo Takamatsu (65) telah menyelam ratusan kali untuk mencari jejak istrinya yang hilang (Japan Daily)

SURABAYA (Lenteratoday) -Gempa merusak dengan magnitudo 9,1 mengguncang Honshu, Jepang pada 11 Maret 2011 lalu.

Gempa bumi itu menyebabkan tsunami dahsyat yang menerjang sebagian besar pantai timur laut negara tersebut.

Akibatnya, lebih dari 19.000 korban jiwa tersapu tsunami. Sebanyak 18.000 korban dinyatakan meninggal dunia, sedangkan 2.500 orang dinyatakan hilang dengan jasad mereka tidak pernah ditemukan hingga kini.

Yasuo Takamatsu (67) menjadi salah satu korban yang selamat. Nahas, istrinya, Yuko Takamatsu dinyatakan hilang akibat bencana tersebut. Hingga kini, jasad istrinya itu tidak kunjung ditemukan.

Meskipun begitu, Yasuo tak kenal lelah mencari jenazah istrinya dengan cara menyelam ke dasar lautan.

10 tahun menyelam mencari jenazah istrinya

Dilansir dari Good, sebelum memutuskan untuk mencari jasad istrinya, Yasuo mengambil pelajaran menyelam pada September 2013.

Ia menyadari, mencari mayat di kedalaman laut bukan perkara yang mudah. Bahkan banyak orang yang melarangnya untuk melakukan rencana itu.

Yasuo tahu bahwa menemukan jasad Yuko di lautan lepas sama sulitnya seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Namun, Yasuo bersikukuh dengan keputusannya.

"Pada usia 56 tahun, alasan saya sebenarnya tertarik belajar menyelam adalah karena saya berusaha mencari istri saya di laut," ujarnya.

Ia mengaku belajar menyelam di usia tua tidak mudah. Namun, ia menyadari bahwa itulah satu-satunya jalan yang bisa dilakukan untuk menemukan tubuh istrinya.

"Saya tidak punya pilihan selain terus mencarinya. Saya merasa paling dekat dengannya di lautan," kata dia lagi.

Hingga kini, ia telah melakukan ratusan penyelaman ke dasar laut untuk menemukan Yuko. Sayangnya, hingga kini ia belum bisa melacak sisa-sisa jasad istrinya.

Dalam sebuah wawancara untuk film pendek The Diver, Yasuo mengatakan bahwa dirinya sangat ingin menemukan sisa-sisa tubuh istrinya.

"Tapi saya juga merasa bahwa dia mungkin tidak akan pernah ditemukan karena lautan terlalu luas, tapi saya harus terus mencari."

Yasuo menyelam bersama bantuan instruktur selam, Masayoshi Takahashi, sejak tahun 2014. Masayoshi memimpin penyelaman dengan sukarela untuk mencari korban tsunami Jepang yang hilang.

Pencarian di darat 2,5 tahun

Dikutip dari Unilad, sebelum memutuskan mencari jasad istrinya di dasar laut, Yasuo mengatakan bahwa dirinya telah mencari jasad istrinya di darat selama 2,5 tahun.

Dalam pencarian itu, Yasuo sempat menemukan ponsel milik istrinya di tempat parkir lokasi Yuko bekerja, tepat beberapa bulan setelah tsunami terjadi.

Dalam ponsel itu, terdapat pesan terakhir dari Yuko yang berbunyi, "Apakah kamu baik-baik saja? Saya ingin pulang." 

Pesan lainnya yang belum terkirim adalah ketikan Yuko yang mencoba memberi tahu Yasuo bahwa telah terjadi tsunami.

"Tsunami adalah bencana," tulis dia, mengutip Kompas, Selasa (16/7/2024).

Pada saat tsunami terjadi, Yuko sedang bekerja di sebuah bank. Sementara Yasuo sedang bersama ibu mertuanya di rumah sakit.

Ia tidak diizinkan kembali ke kota saat tsunami melanda.

Dilansir dari NY Times, suami istri itu pertama kali bertemu pada 1988 ketika Yuko berusia 25 tahun. Saat itu, ia adalah seorang karyawan di 77 Bank di Onagawa. Sedangkan Yasuo adalah seorang prajurit di Pasukan Bela Diri Darat Jepang.

Sejak pertama kali bertemu, keduanya sudah saling jatuh cinta. Yasuo menggambarkan Yuko sebagai orang yang lembut dengan senyum yang menawan.

Yuko juga memiliki sifat yang rendah hati. Wanita itu selalu tertarik dengan musik klasik dan memiliki bakat melukis.

Kisahnya dituangkan dalam film

Ahli patologi forensik di Tohoku Medical and Pharmaceutical University di Sendai Tetsuya Takagi mengatakan, menemukan jasad manusia di kedalaman laut sangat sulit.

"Jika ada benda yang dibawa ke laut dan menghilang, sulit untuk mengatakan apa yang akan terjadi padanya," terang dia, masih dicukil dari Good.

"Tidak ada seorang pun yang benar-benar tahu bagaimana laut bergerak atau mengalir," imbuhnya.

Ada kemungkinan sebuah benda yang ditarik ke kedalaman laut, ia akan tetap berada di sana.

Banda itu mungkin akan mengapung melintasi Pasifik dan muncul di Hawaii.

Namun, beda halnya dengan tubuh manusia. Tubuh manusia yang berada di laut sebagian besar akan menjadi lunak.

"Kulitnya akan terkelupas, zat yang disebut lilin kuburan yang membuatnya menjadi keras seperti plester,” kata dia.

Kisah Yasuo dan Yuko itu pun diangkat dalam sebuah film yang diputar di berbagai festival film.

Salah satu film tersebut berjudul Nowhere to Go but Everywhere. Film dokumenter itu disutradarai oleh Erik Shirai dan Masako Tsumura (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.