19 April 2025

Get In Touch

Tingkatkan Produktivitas Pertanian di NTT, Dosen UB Kembangkan Pita Mulsa dari Limbah Pisang dan Eceng Gondok

Dr. Rita Parmawati,SP, ME, IPU, ASEAN Eng. (Dok. Humas UB)
Dr. Rita Parmawati,SP, ME, IPU, ASEAN Eng. (Dok. Humas UB)

MALANG (Lenteratoday) - Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Dr. Rita Parmawati,SP, ME, IPU,ASEAN Eng., berhasil mengembangkan terobosan inovatif berupa pita mulsa organik di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dengan memanfaatkan limbah pisang dan enceng gondok, inovasinya ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dengan mengurangi pertumbuhan gulma dan laju evaporasi tanah.

Rita Parmawati menjelaskan, pita mulsa organik ini merupakan solusi ramah lingkungan yang dapat menggantikan penggunaan mulsa plastik yang berpotensi merusak lingkungan karena tidak terurai dengan baik.

"Pita mulsa organik tidak hanya mengurangi pertumbuhan gulma, tetapi juga mengurangi laju evaporasi tanah hingga 40 persen," jelasnya.

Menurut Rita, proses pengembangan teknologi ini telah mencapai tahap laboratorium dan sedang dalam proses sosialisasi dengan berbagai pihak di Kabupaten Malaka, termasuk Bupati, gapoktan, dan kepala dinas terkait.

Penerapan Pita Mulsa Organik di Lab Percobaan FP UB. (Dok. Humas UB)

Rita juga mengungkapkan, Kabupaten Malaka dipilih sebagai lokasi uji coba karena masih menghadapi tantangan signifikan dalam peningkatan produktivitas pertaniannya.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan pertanian di daerah tersebut masih rendah. Padahal masyarakat Kabupaten Malaka menggantungkan sistem perekonomiannya dari bidang pertanian," katanya.

Rita menambahkan, sejak tahun 2020 hingga 2022, produktifitas padi di Kabupaten Malaka mengalami penurunan dan kesulitan untuk pasokan benih, serta adanya permasalahan pertanian lain seperti gulma, evaporasi, suhu tanah, dan sistem irigasi. "Hal itulah yang saat ini berusaha kita pecahkan dan harapannya produktiftas padi di tahun 2024 itu mengalami kenaikan," katanya.

Lebih lanjut, Rita juga berkomitmen untuk melibatkan masyarakat setempat dalam proses pembuatan pita mulsa organik ini, mulai dari pengenalan bahan baku, proses pencacahan, hingga pembuatan bubur pita, pengeringan, dan pengepresan.

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memproduksi secara mandiri teknologi pita mulsa organik untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan di Nusa Tenggara Timur. "Kami akan Ke Malaka akhir Juli ini. Untuk proses pembuatan Pita Mulsa bagi lahan 10 hektar," tukasnya.

Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.