5 Mahasiswa India Gunakan Google Maps Malah Tersesat di Hutan, Diselamatkan 11 Jam Kemudian

SURABAYA (Lenteratoday) -Lima orang mahasiswa di Odisha, India berakhir tersesat di dalam hutan lebat usai menggunakan aplikasi penunjuk arah Google Maps.
Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (30/6/2024) siang, dan mereka baru ditemukan pada malam hari oleh pihak berwenang.
Adapun kelima orang mahasiswa tersebut yakni Himanshu Das, Sujitya Sahu, Surya Prakash Mohanty, Subhan Mohapatra, dan Arakshita Mohapatra.
Kelimanya berasal dari kampus swasta di Cuttack, Odisha.
Kronologi kejadian
Dikutip India Today, kejadian bermula ketika lima orang mahasiswa itu menuju Kuil Saptasajya, di Dhenkanal, Odisha, India dengan mengendarai sepeda.
Mereka tiba di kuil tersebut sekitar pukul 11.00 waktu setempat pada hari Minggu (30/6/2024).
Setelah memarkir sepeda mereka di kaki bukit, mereka menaiki tangga kuil dan memanjatkan doa kepada Dewa Ram di kuil yang berada di puncak bukit.
Kemudian, mereka pergi ke tempat pemujaan Vishnu Baba yang terletak agak jauh dari kuil.
Saat kembali dari kuil, kelima mahasiswa itu bingung dan tersadar bahwa mereka sudah jauh berada di dalam hutan Saptasajya.
Pada pukul 14.00 waktu setempat, mereka memercayai Google Maps untuk menentukan arah.
Namun, Google Maps justru membawa mereka semakin jauh ke daerah yang tidak dikenali oleh kelima mahasiswa itu.
Rombongan itu mencapai Bhuashuni Khola, sebuah kawasan terlarang bagi pengunjung, pada pukul 17.30 waktu setempat.
Saat itu, kelima mahasiswa tersebut sudah dalam kondisi kelelahan dan tanpa persediaan makanan sama sekali.
Kelimanya pun memutuskan berhenti untuk menenangkan diri dan berusaha menghubungi seseorang untuk meminta bantuan melalui ponsel yang mereka bawa.
Setelah berusaha keras mencari jalan keluar, salah satu dari mereka berhasil menghubungi polisi.
Operasi penyelamatan dilakukan
Pihak kepolisian pun segera menindaklanjuti permintaan bantuan dari rombongan tersebut dengan melakukan operasi pencarian.
Operasi pencarian itu terkoordinasi oleh polisi Dhenkanal dan departemen kehutanan untuk mulai menyelamatkan rombongan mahasiswa tersebut.
Dua tim dibentuk dalam operasi itu, satu tim mendekat dari daerah Majhi Sahi dan satunya dari sisi Kuil Saptasajya. Akhirnya, tim dengan bantuan penduduk setempat berhasil menemukan rombongan mahasiswa tersesat itu.
Total, kelima mahasiwa tersebut tersesat selama 11 jam di hutan lebat Saptasajya. Sementara operasi penyelamatan memakan waktu 1,5 jam.
"Kami pergi beberapa meter ke arah yang salah. Saya mengatakan kepada teman-teman saya bahwa Google Maps menunjukkan arah yang salah. Kami harus mengambil jalan ke kiri. Mereka setuju dan kami terus berjalan," ucap salah satu mahasiswa tersesat, Himanshu Das dilansir dari Kompas.
"Tapi kami tidak menemukan rute untuk keluar dari hutan. Saat kami diselamatkan, waktu sudah lewat pukul 12 malam," lanjutnya. Pihak berwajib mengaku operasi penyelamatan ini memiliki tantangan. Sebab, saat itu sedang turun hujan dan hutan tersebut terkenal dengan binatang buasnya.
"Setelah operasi pencarian yang berat, kami melacak para siswa di Bhuashuni Khola, yang terletak jauh di dalam hutan," kata Bibhuti Mohaptara, petugas polisi sub-divisi Dhenkanal, dilansir dari DeccanChronicle.
"Selain keberadaan reptil dan hewan lainnya, daerah ini juga dikenal dengan pergerakan gajah. Medan, hujan, dan kegelapan membuat operasi ini cukup menantang. Pada hari itu, ada gajah di tempat yang jauh. Seandainya ada gajah di dekatnya, itu akan menjadi lebih menantang," kata Sumit Kar, salah satu anggota penyelamat lain.
Dicukil dari Autoevolution, meskipun banyak orang menyalahkan Google Maps atas kejadian tersebut, penting untuk diketahui bahwa para mahasiswa menggunakan aplikasi tersebut ketika mereka sudah tersesat.
Google Maps memang tak bisa diandalkan dalam panduan pendakian atau menemukan rute di dalam hutan.
Menurut pihak berwajib, para siswa seharusnya menggunakan peta satelit Google Maps untuk memindai lingkungan sekitar dan menemukan jalan keluar dari hutan secara manual tanpa mengaktifkan navigasi.
Atau, menggunakan peta tradisional jika tengah berada di dalam hutan atau di area yang jauh dari jalan raya (*)
Editor: Arifin BH