
SEMARANG (Lenteratoday) - Anggun Puspitarini Siswanto, ST PhD, dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah ini, membuat terobosan bahan bakar pesawat dari minyak jelantah atau minyak goreng bekas.
Berawal dari miris akan ancaman krisis energi bahan bakar fosil bagi dunia termasuk Indonesia, selain itu penggunaan bahan bakar fosil berlebih dapat meningkatkan pemanasan global.
Tak sendirian, Anggun mengembangkan bahan bakar pesawat dari jelantah bersama dosen Undip lainnya yakni Dr Ria Desiriani, ST MT, Drs Sutrisno, MT, Dr Novi Hery Yono, ST MT (Migas Cepu), dan pengelola Mini Plant Biodiesel Sekolah Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto, ST MT beserta beberapa mahasiswa MBKM (Abraham M N, Shervaya, Fatimah Hapsari, Ade Kurnianto).
"Upaya untuk mengembangkan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan mereduksi emisi gas pemanasan global sekitar 15 persen di sektor penerbangan, di antaranya dengan penggunaan bioavtur," kata Anggun, dilansir dari laman Undip, Kamis(20/6/2024).
Anggun menyebut Indonesia tidak boleh kalah dari negara-negara Eropa, yang telah lebih dahulu mengembangkan bahan bakar alternatif ini. Pemilihan minyak jelantah didasari, karena bahan tersebut mudah dikonversi menjadi bioavtur.
"Salah satu bahan baku untuk produksi bioavtur yang sangat prospektif diantaranya minyak goreng bekas (jelantah), karena merupakan limbah atau buangan minyak pangan dan mudah dikonversi menjadi bahan bakar bioavtur," ungkap Anggun.
Anggun menambahkan keunggulan bahan bakar dari jelantah. Salah satunya tak menghasilkan banyak polusi, sehingga dapat membantu mengurangi pemanasan global.
"Konversi metil ester berbasis minyak goreng bekas (jelantah) menjadi bioavtur, melalui proses ozonolisis nano gelembung sangat berpotensi untuk dikembangkan. Keunggulan utama dari inovasi ini adalah tidak menghasilkan banyak polusi, peningkatan konversi dan memiliki selektivitas yang tinggi," imbuhnya.
Proses ozonolisis sendiri merupakan tahap terbentuknya senyawa ozonida dan aldehida atau keton, pada gugus alkena asam lemak tak jenuh yang terpotong produk metil ester rantai sedang.
Setelah ozonolisis, ukuran gelembung akan semakin kecil, sehingga kecepatan partikel melambat, transfer massa semakin besar, waktu operasi cepat dan pasokan energi dalam reaktor tereduksi.
"Keseluruhan proses pembentukan gelembung, pertumbuhan gelembung dan coalescence disebut dengan istilah kavitasi. Coalescence dikenal dengan istilah bergabungnya gelembung-gelembung halus menjadi gelembung yang lebih besar, kemudian diikuti dengan pecahnya gelembung tersebut dan terbentuknya gelembung ultrafine," jelasnya.
Riset milik Anggun ini terlihat paling baru dari teknologi yang digunakan, dengan memakai Fine Bubble Technology (FBT) untuk memotong produk metil ester rantai sedang.
Lewat terobosannya ini, Anggun dan tim berharap dapat memberikan solusi atas masalah hujan asam dan mengurangi impor minyak mentah dari luar negeri. Dalam segi ekonomi, besar harapan datangnya banyak investor yang menanamkan modal di industri Indonesia.
"Selain itu hasil riset dapat mendorong tumbuhnya investasi terhadap industri-industri baru, baik industri produksi maupun industri biofuel bioavtur sebagai pengganti bahan bakar fosil, dan dapat memberikan nilai tambah minyak goreng bekas, menjaga stabilitas harga dan memacu perkembangan industri energi terbarukan di Indonesia," jelas Anggun.
Layaknya dosen di kampus lain, Anggun aktif melakukan riset. Ia kini telah memiliki 11 paten dan h-index scopus 6 melalui inovasinya dengan mengembangkan riset kolaborasi bersama industri.
Adapun riset dalam meneliti pengembangan jelantah jadi bahan bakar pesawat memiliki judul "Produksi Bioavtur Berbasis Metil Ester Minyak Goreng Bekas Melalui Pengembangaan Reaktor Ozonolisis Nano Gelembung".
Riset tersebut sudah berhasil didanai oleh LPDP lewat Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) dari BRIN (2023-2025). Selama satu semester ini, Anggun telah mendapat dua paten granted yang bernomorkan IDS000007969 dan IDS000007413.
Pada tahun 2019, Anggun mendapatkan gelar kehormatan sebagai Visiting Associate Professor dari National Institute of Technology, Akashi College, Jepang (2018-2019) dan sebagai Guest Lecture di HSE University St Petersburg Rusia bulan Mei 2024.
Selain sibuk mengajar dan melakukan penelitian, kini Anggun juga aktif sebagai reviewer berbagai bidang.