
SURABAYA (Lenteratoday) -Beberapa warganet mengatakan, fenomena La Nina menyebabkan musim kemarau pada 2024 menjadi basah karena turunnya hujan.
Menurut akun @buckleybliss, Kamis (13/6/2024), La Nina sudah terjadi pada Juni 2024.
Sementara itu, warganet lain melalui akun @sangpembacaalam, Senin (10/6/2024), menyebut wilayah Jabodetabek diguyur hujan sampai seminggu ke depan karena kemunculan La Nina.
"Waspada efek La Nina di pertengahan 2024, curah hujan ekstrim cenderung tinggi,” cuit akun @rgoestama, Minggu (9/6/2024).
Lantas, benarkah La Nina menyebabkan hujan turun saat musim kemarau 2024? Dan, seberapa kuat dampak La Nina bagi Indonesia?
Simak penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berikut ini.
Kapan La Nina 2024 terjadi?
Untuk diketahui, La Nina adalah anomali iklim global berupa mendinginnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur daripada kondisi normalnya.
Fenomena tersebut biasanya menyebabkan curah hujan di Indonesia bagian tengah dan timur meningkat pada September, Oktober, dan November.
Selain itu, La Nina juga bisa meningkatkan curah hujan pada Januari, Maret, April, Mei, dan Desember di Indonesia bagian timur.
"La Nina diprediksi terjadi mulai pertengahan musim kemarau, tepatnya pada Agustus 2024," kata Supari, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG.
Benarkah La Nina penyebab hujan saat musim kemarau?
Supari menjelaskan, intensitas La Nina yang terjadi di Indonesia pada tahun ini termasuk lemah, sehingga tidak cukup kuat untuk memicu hujan lebat di berbagai wilayah.
"La Nina biasanya berdampak pada meningkatnya curah hujan. Namun karena intensitas lemah, umumnya dampaknya tidak signifikan,” ujar Supari.
Dampak La Nina lainnya adalah musim hujan dapat datang lebih cepat. Karena itu, BMKG meminta petani untuk bersiap menghadapi kemungkinan tersebut.
Supari menyebutkan, ada berbagai wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan bulanan di atas normal walau Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Potensi banjir dan kekeringan saat musim kemarau 2024
Terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, bencana hidrometeorologi berupa kekeringan dan banjir berpotensi terjadi secara bersamaan di Indonesia ketika musim kemarau 2024.
Bencana hidrometeorologi yang ia maksud disebabkan oleh aktivitas cuaca, seperti angin, curah hujan, kelembapan, siklus hidrologi, dan temperatur.
Dwikorita menjelaskan, kekeringan dan banjir dapat terjadi secara bersamaan di wilayah yang berbeda ketika musim kemarau 2024 karena luas wilayah dan kondisi geografis Indonesia yang kompleks.
Ia mengatakan, tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan cuaca di beberapa daerah walau di pulau yang sama.
"Yang satu mengalami banjir bandang, sisi timurnya mengalami kekeringan,” ujar Dwikorita dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/5/2024), mengutip Kompas.
"Jadi, dalam kondisi saat ini kita mengalami bencana hidrometeorologi, baik basah dan kering, dalam waktu yang bersamaan hanya wilayahnya yang berbeda. Kurang lebih dipisahkan oleh (garis) Khatulistiwa,” sambung dia.
Imbauan BMKG
Terkait potensi kekeringan dan banjir saat musim kemarau 2024, Dwikorita meminta masyarakat yang tinggal di wilayah yang memasuki musim hujan agar memanen air hujan.
Air hujan dapat dipanen dengan menampungnya ke dalam tandon, kolam retensi, membendung sungai, atau embung.
Sementara itu, masyarakat yang wilayah tempat tinggalnya mengalami musim kemarau agar tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan api.
BMKG merekomendasikan pemerintah menjalankan teknologi modifikasi cuaca agar sungai dan waduk di wilayah yang berpotensi kekeringan supaya terisi air.
Teknologi tersebut berguna untuk menaikkan dan membasahi permukaan tanah pada daerah yang berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan, termasuk lahan gambut (*)
Editor: Arifin BH