20 April 2025

Get In Touch

PCU Ungkap Peran Akuntan dalam Mencegah Fraud di Era Digital

Wani Sabu selaku Executive Vice President Center of Digital, BCA, di IDAF Talk PCU.
Wani Sabu selaku Executive Vice President Center of Digital, BCA, di IDAF Talk PCU.

SURABAYA (Lenteratoday) - Program International Digital Accounting & Fraud (IDAF) Petra Christian University (PCU) menghadirkan IDAF Talk dengan topik “Cybercrime: A Practitioner's POV” di AVT.502, Kampus PCU, pada Selasa (11/06/2024)

Kepala Program IDAF PCU, Sany, S.E., MS-CIS., Ph.D., CMA., mengatakan, kegiatan ini dilakukan karena adanya fenomena pola hidup cashless yang tengah diminati masyarakat khususnya anak muda.

Dalam hal ini masyarakat melakukan semua kegiatan transaksi dengan menggunakan teknologi, mulai dari transfer uang hingga membeli barang/jasa melalui aplikasi.

"Sayangnya, fenomena tersebut betpotensi meningkatkan cybercrime.  Nah kegiatan ini akan meningkatkan literasi tentang cyber security dan cybercrime kepada para mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Karena mereka lah yang nantinya memegang data-data keuangan perusahaan, yaitu data yang sensitif. Apalagi di era digital ini, data merupakan aset penting perusahaan,” kata Sany.

Sementara itu, Executive Vice President Center of Digital, BCA, Wani Sabu, S.H., M.Kn., M.M., selaku pembicara membahas tentang bahaya cybercrime dan cara mencegahnya dari sisi seorang akuntan. 

“Pada bisnis yang sudah menerapkan teknologi digital, akuntan perlu punya pemahaman risiko cybercrime. Dengan begitu ia mampu meminimalkan konsekuensi atas cybercrime tersebut,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga membagikan beberapa modus yang digunakan oleh fraudster. Menururnya, di Indonesia, 99% kasus cybercrime menggunakan metode yang namanya Social Engineering.

"Ini merupakan modus penipuan di mana penjahat membuat customer merasa bahagia/stress lalu ditipu. Contohnya mendapatkan undian atau menerima kabar keluarga terkena musibah,” ungkapnya.

Ia juga menekankan bahwa social engineering dapat menyerang siapa saja, dan yang diserang bukanlah teknologinya melainkan human atau orang yang dimanfaatkan oleh pelaku. “Di zaman digital ini, uang kita bisa tiba-tiba hilang begitu saja. Sehingga literasi akan cybercrime perlu dimiliki oleh masyarakat luas,” tambahnya.

Untuk itu, ia berpesan kepada masyarakat agar meningkatkan awareness dan literasi akan cybercrime. "Karena faktanya, cybercrime merupakan fraud urutan teratas yang dialami oleh banyak industri,” tukasnya. (*)

Reporter: Amanah | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.