
MANILA (Lenteratoday) - Pemimpin, pejabat tinggi, dan pakar ASEAN menegaskan menolak untuk memihak dalam persaingan antara negara-negara besar. Mereka ingin tetap netral dan fokus pada kerjasama dan perdamaian di ASEAN.
Selama KTT Khusus ASEAN-Australia 2024 di Melbourne, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan Amerika Serikat dan beberapa sekutunya tidak boleh menghalangi hubungan Mereka dengan Tiongkok.
"Kami tidak memiliki masalah dengan Cina," kata Anwar dalam sebuah konferensi pers bersama yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Australia bernama Anthony Albanese dikutip Kamis (7/3/2024).
Dalam sebuah wawancara terkini dengan Financial Times, Anwar mengecam meningkatnya sikap "fobia terhadap Tiongkok" di antara Amerika Serikat dan beberapa sekutunya. Dia mempertanyakan mengapa Malaysia "harus berselisih" dengan mitra dagang terbesarnya. Ini dilontarkan sebagai kritik pada Amerika Serikat terkait hubungan Kuala Lumpur dengan Beijing.
"Referensi saya tentang fobia terhadap Cina adalah karena (kritik) yang ditujukan kepada kami, yang membahas mengenai hubungan dengan Cina," ujar Anwar dalam konferensi pers di Melbourne.
Pemimpin Malaysia ini menekankan bahwa negaranya "sangat independen" dan tidak ingin "didikte oleh negara manapun."
"Jadi, meskipun kami masih menjaga hubungan dengan Amerika Serikat, Eropa, dan Australia, tapi mereka tidak boleh menghalangi kami bersahabat dengan Cina yang merupakan tetangga bagi kami."
Sementara itu, Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn juga mengatakan kepada media Australia bahwa blok regional ini tidak akan pernah memihak dalam persaingan antara negara-negara besar.
"Tesrserah mau menyebutnya dinamika strategis, kompetisi strategis atau persaingan strategis, kita ingin AS dan Cina memiliki hubungan baik," ucap Kao yang dikutip dari The Australian Financial Review (7/3/2024).
"Selalu ada persaingan di sana, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola hubungan secara bijaksana," ujarnya di tengah-tengah KTT. Dia juga menegaskan bahwa ASEAN tidak bisa hanya menerima perdamaian dan kemakmuran begitu saja tetapi dengan pertimbangan bersama.
Mussolini Lidasan, direktur Institut Al Qalam di Universitas Ateneo de Davao, Filipina, mengungkapkan hal yang serupa.
Dalam sebuah wawancara dengan Xinhua, Lidasan mengatakan bahwa negara-negara ASEAN tidak boleh dipaksa untuk berpihak pada kekuatan besar manapun.
"Negara-negara ASEAN secara tradisional telah mengikuti kebijakan netralitas dan non-keberpihakan dalam persaingan kekuatan besar. Kebijakan ini telah membantu mereka menjaga hubungan baik dengan berbagai negara dan menghindari terlibat langsung dalam konflik," kata analis politik tersebut.
Daripada memaksa negara-negara ASEAN untuk memihak, akan lebih bermanfaat untuk mengadvokasi upaya diplomasi, kerja sama multilateral, dan taat hukum internasional dalam mengatasi perselisihan, kata Lidasan.
"Cara ini dapat membantu melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat dan berkontribusi pada penyelesaian yang damai dan berkelanjutan di kawasan ini," katanya.
Sumber: Xinhua
Penerjemah: Yuda (mk)/Editor:widyawati