
MALANG (Lenteratoday) - Menyikapi tantangan perubahan iklim, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang semakin gencar memperkuat pentingnya Program Kampung Iklim (Proklim). Hal ini disampaikan melalui kegiatan sosialisasi bertajuk 'Optimalisasi Partisipasi Masyarakat dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim'.
Kepala DLH Kota Malang, Noer Rahman Widjaja, mengatakan kegiatan semacam ini sejatinya telah menjadi bagian rutin yang terlaksana di tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, meskipun beberapa tahun terakhir jumlah Proklim di Kota Malang masih mengalami fluktuasi, ia mengaku optimis program ini dapat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di Kota Malang.
"Ini adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh DLH Kota Malang untuk memicu kesadaran masyarakat dalam memitigasi dampak-dampak perubahan iklim. Sehingga melalui kegiatan semacam ini kami berharap bisa menambah kesadaran kita, khususnya warga Kota Malang untuk mengetahui bagaimana pentingnya menyediakan lingkungan yang harus menerapkan proklim-proklim di masing-masing lingkungan," ujar Rahman, ditemui usai membuka sosialisasi tersebut, Rabu (28/2/2024).
Rahman menambahkan, sosialisasi yang diikuti oleh perwakilan masyarakat dari 57 kelurahan se Kota Malang ini menjadi poin utama. Karena menurutnya kesadaran lingkungan dianggap sebagai kebutuhan mutlak. Terlebih di tengah kondisi penghijauan yang semakin menyusut di kawasan perkotaan, program ini diharapkan mampu mengajak warga Kota Malang untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat.
"Karena lingkungan yang baik itu yang memberikan kegiatan penghijauan yang baik, ada kegiatan penanaman, ada kegiatan yang semuanya berharap untuk menjadikan lingkungan di wilayah itu menjadi lebih baik," ungkap Rahman.
Diketahui, dalam sosialisasi tersebut juga dilaksanakan pemberian secara simbolis satu paket alat stimulus, yakni termasuk plakat penunjuk arah, tong penadah air hujan, dan banner media edukasi.
Kabid Tata Lingkungan DLH Kota Malang, Tri Santoso menjelaskan, penyerahan simbolis alat-alat ini diberikan kepada perwakilan dari 18 Kelurahan yang dianggap mampu menerapkan Proklim di Kota Malang. Menurutnya, Proklim bukan hanya bertujuan sekadar menanam pohon, melainkan mendukung aspek multidimensi, seperti pengelolaan sampah, pemberdayaan masyarakat, dan urban farming.
"Nah bahan-bahan yang kami serahkan tadi, itu sebagai stimulus. Contohnya kan ada tong itu, itu untuk menampung air hujan. Kenapa? karena sekarang ini di beberapa wilayah Kota Malang masih belum dilayani PDAM, sehingga masyarakat tentu membutuhkan akses air bersih ini. Harapannya kalau ini disadari masuarakat maka harapannya mereka bisa melakukan itu. Kan ini perlu contoh, perlu stimulus," terang Trisan.
Lebih lanjut, Trisan juga menjelaskan bahwa adaptasi pada perubahan iklim, juga mengharuskan masyarakat untuk dapat memitigasi bencana yang kemungkinan terjadi. Oleh karena itu, DLH Kota Malang juga memberikan rambu-rambu, seperti titik kumpul dan evakuasi, dengan tujuan memandu masyarakat pada saat bencana. Fokusnya terletak pada upaya menjaga jalur evakuasi agar mobilitas masyarakat tidak tersebar ke segala arah.
"Ini tadi untuk 18 kelurahan yang termasuk juga 30 an RW. Ini kan program partisipatif, jadi kami gak bisa memaksa mereka, kita hanya mengajak. Tapi kami yakin bahwa dengan mengikuti ini, dampaknya akan sangat dirasakan oleh lingkungan masyarakat. Akan menciptakan iklim mikro yakni suatu kondisi iklim yang ada di satu wilayah itu saja. Karena semakin banyak pohon kan udara semakin bersih, sejuk," terangnya.
Mengakhiri pernyataannya, Trisan menyampaikan, program ini juga turut mendukung program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang mengusung target ambisius, yaitu 20 ribu Proklim di tahun 2024. Dalam konteks ini, Trisan menyebut bahwa DLH Kota Malang juga telah menargetkan penambahan 10-15 RW Proklim di 2024 ini. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi