20 April 2025

Get In Touch

Melihat Sembahyang Song Sen di Kelenteng Eng An Kiong Malang, Tradisi Menjelang Imlek...

Umat Konghuchu saat melaksanakan Sembahyang Song Sen di Kelenteng Eng An Kiong Kota Malang, Sabtu (3/2/2024). (Santi/Lenteratoday)
Umat Konghuchu saat melaksanakan Sembahyang Song Sen di Kelenteng Eng An Kiong Kota Malang, Sabtu (3/2/2024). (Santi/Lenteratoday)

MALANG (Lenteratoday) -Menjelang Tahun Baru Imlek 2024, puluhan umat Konghuchu melaksanakan tradisi sembahyang Song Sen di Kelenteng Eng An Kiong, Kota Malang, Sabtu (3/2/2024).

Humas Kelenteng Eng An Kiong, Luluk Indraningsih menjelaskan, Song Sen merupakan tradisi sembahyang yang bertujuan untuk menghantarkan Para Dewa atau Sin Beng, menuju ke langit. Menurutnya, para Dewa tersebut akan mengabarkan perbuatan umat manusia selama satu tahun kepada Yang Maha Kuasa.

"Jadi itu salah satunya ada Dewa Dapur sebenarnya, namanya Chao Kun Kong. Jadi istilahnya kita kalau di dapur itu kalau bisa jangan berkelahi. Harus harmonis. Soalnya nanti dilaporkan ke Yang Maha Kuasa oleh Chao Kun Kong itu, 'Oh rumahnya umat ini gak harmonis' gitu," ujar Luluk, ditemui usai pelaksanaan sembahyang, Sabtu (3/2/2024).

Berdasarkan pengamatan Lenteratoday di Kelenteng Eng An Kiong, selama pelaksanaan sembahyang mulai pukul 11.00-12.00 WIB, puluhan umat berpindah dari satu ruangan sembahyang ke ruangan lainnya. Menurut Luluk, hal ini dikarenakan penyesuaian terhadap jumlah Para Suci atau Dewa yang berada di setiap altar dalam kelenteng tersebut.

"Karena di sini Para Sucinya banyak, ada 15-16. Jadi setiap altar itu disembahyangi, disebut namanya Para Suci tadi, jadi Sin Beng nya itu disebut namanya satu-satu," tambah Luluk. Seusai melakukan sembahyangan, para umat juga nampak berkumpul di salah satu altar untuk membersihan dan mengganti baju dari patung-patung Para Dewa.

Suasana di Kelenteng Eng An Kiong Kota Malang, Sabtu (3/2/2024). (Santi/Lenteratoday)

Lebih lanjut, Luluk mengatakan, sembahyang Song Sen di Kelenteng Eng An Kiong ini tidak hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan juga membawa filosofi mendalam tentang pembersihan diri. Menurut tradisi Tionghoa Kuno, dijelaskannya bahwa menjelang Tahun Baru Imlek, umat Konghuchu diinstruksikan untuk membersihkan dan memperbarui segala aspek kehidupan mereka, terutama di dapur.

"Misalnya seperti panci rusak, itu dibuang beli lagi yang baru. Karena menjelang Tahun Baru Imlek itu semuanya harus diperbarui, dibersihkan. Nah kalau di rumah gak punya patung Para Suci, ya paling tidak harus ada lilin, sajian, dan kita sembahyangi. Tapi sebelumnya harus bersih-bersih dapur, kondisi dapur harus baik semua," paparnya.

Luluk menuturkan, sembahyang Song Sen juga tidak hanya terbatas di kelenteng, melainkan juga dilakukan di rumah masing-masing umat. Dengan menyajikan makanan manis seperti Kue Keranjang dan aneka manisan lainnya kepada Dewa Dapur.

Menurut keyakinannya, makanan manis khususnya kue keranjang akan memiliki kelekatan saat dikunyah. Sehingga ketika Dewa Dapur, Chao Kun Kong, menghadap ke Yang Maha Kuasa tidak akan mengabarkan perbuatan jelek yang dikakukan oleh manusia, dan lebih memilih untuk tidak banyak bicara.

"Kemudian ada fotonya Dewa Chao Kun Kong itu yang dikasih madu, biar ngomongnya yang manis-manis saja saat menghadap Yang Maha Kuasa. Jadi sajiannya selain kue keranjang, ada manisan, pokoknya yang manis-manis," tukasnya.

Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.