
SURABAYA (Lenteratoday) - Sebuah terobosan inovasi baru terjadi dalam teknologi baterai mobil listrik, dimana untuk melakukan pengisian daya hingga penuh hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit. Inovasi ini menjadi kabar baik bagi konsumen mobil listrik yang tidak ingin menunggu lama dalam pengisian daya.
Inovasi tersebut merupakan hasil penelitian terbaru Universitas Cornell, Amerika Serikat. Para peneliti dari universitas yang terletak di Ithaca, New York, tersebut menciptakan baterai lithium baru yang bisa diisi penuh dalam waktu kurang dari lima menit. Durasi pendek itu diklaim tak mengganggu fungsi optimal baterai, dengan siklus pemakaian yang lebih panjang.
“Jika bisa mengisi baterai electric vehicles (EV) dalam lima menit, anda tidak perlu memiliki baterai yang cukup besar untuk jarak 300 mil (sekitar 480 kilometer),” kata Dekan Fakultas Teknik Universitas Cornell, Lynden Archer. Dilansir dari laman Fast Company, 25 Januari 2024, Lynden merupakan salah satu pengawas proyek baterai anyar itu.
Baterai litium-ion sering dimanfaatkan sebagai penyokong daya kendaraan listrik dan ponsel. Pabrikan umumnya menyukai karakter baterai lithium yang hemat energi, tahan lama, dan ringan. Namun, kelemahannya tetap ada, yaitu sering memakan waktu untuk pengisian ulang, serta bermasalah ketika diberi lonjakan arus yang besar. Pengisian baterai lithium di stasiun pengisian daya tipe direct current (DC) fast-charging pun butuh setidaknya 30 menit.
Dalam makalah yang diterbitkan pada bulan ini, peneliti Universitas Cornell mengungkapkan bahwa kendala durasi itu bisa diatasi dengan anoda berbahan indium, logam berwana putih-keperakan yang sering dipakai untuk layar sentuh panel surya. Kombinasi indium dengan berbagai katoda baterai EV ternyata mempercepat pengisian.
Menurut Lynden, Indium tergolong berat sehingga belum sepenuhnya sesuai dengan keinginan produsen mobil listrik. Namun, kajian tersebut bisa mendorong munculnya spesifikasi yang lebih sempurna di masa depan. “Ada prinsip umum yang memungkinkan siapa pun merancang anoda baterai lebih baik, untuk mencapai tingkat pengisian daya lebih cepat ketimbang teknologi tercanggih,” tuturnya. (*)
Sumber : Tempo | Editor : Lutfiyu Handi