
SURABAYA (Lenteratoday) - Meski telah usai, debat calon wakil presiden (cawapres) yang berlangsung akhir pekan lalu masih menjadi isu hangat. Netizen hingga para pakar menyoroti soal etika dalam berdebat.
Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga, Dr Suko Widodo Drs MSi mengatakan, jika debat merupakan tradisi di dalam demokrasi dan cara untuk menemukan kebaikan yang tepat. Sehingga tidak ada kata menang atau kalah di dalam perdebatan.
"Debat itu mencari pemikiran-pemikiran yang bagus. Agar dapat menjadi alat bagi masyarakat untuk menyeleksi calon pemimpin mereka," kata Suko, Selasa (23/1/2024).
Suko menjelaskan, selain tema yang jelas, di dalam debat juga diperlukan cara berkomunikasi yang benar. Semua yang dibicarakan harus menjadi jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, agar sebuah diskusi dapat berjalan.
“Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu,” jelas dosen Ilmu Komunikasi ini.
Suko menambahkan, tujuan dari debat adalah untuk mengadu pikiran, mengadu ide, serta mengadu gagasan.Untuk itu, tema di dalam debat harus menjadi fokus dalam perdebatan. Ia menganggap gestur-gestur berlebihan tidak perlu di dalam suatu debat.
"Karena komunikasi itu menyangkut rasa dengan tiga unsur penting berupa logika, etika, dan estetika. Sehingga gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin," tambahnya.
Terkait adanya penggunaan istilah yang dilontarkan oleh salah satu cawapres, Suko menilai jika itu merupakan sebuah strategi dalam debat.
“Strategi debat itu terdiri dari level 1 sampai 6, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level 6, bukan teknis atau level 1. Itu baru menunjukkan kualitas orang,” tuturnya.
Ia juga menyebut, untuk mencapai komunikasi efektif di dalam debat, istilah-istilah harus dijelaskan dengan mantap kepada semua audiens dalam perdebatan.
"Hal itu perlu ditopang dengan cara penyampaian yang benar, sehingga masyarakat dapat menilai calon pemimpin yang akan mereka pilih pada 14 Februari mendatang seperti apa," tutupnya.
Reporter: Amanah (mg)/Editor: widyawati