19 April 2025

Get In Touch

Cegah Kekerasan di Pesantren, Kemenag Blitar Usulkan Pembinaan Pendamping Santri

Kepala Kemenag Kab Blitar, Baharudin
Kepala Kemenag Kab Blitar, Baharudin

BLITAR (Lenteratoday) -Guna mencegah tindak kekerasan di lingkungan pondok pesantren, Kementerian Agama Kabupaten Blitar mengusulkan adanya pembinaan pendamping santri.

Hal ini disampaikan Kepala Kemenag Kabupaten Blitar, Baharudin menanggapi adanya peristiwa pengeroyokan santri hingga tewas di Ponpes Tahsinul Akhlak, Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar pada, Selasa(2/1/2024) lalu.

"Kemenag akan meningkatkan pembinaan pesantren, sebagai penyangga pendidikan karakter para santri," ujar Baharudin usai bertemu pengasuh Ponpes Tahsinul Aklhak, Selasa(9/1/2024) kemarin.

Menurut Baharudin Kemenag melalui Dirjen Pendidikan Islam, sudah menerbitkan panduan pesantren ramah anak. Selanjutnya Kemenag akan berkoordinasi dengan stakeholder diantaranya Dinas PPKB dan P3A Kabupaten Blitar, untuk melakukan pendampingan pada pesantren Tahsinul Akhlak yang mengalami musibah ini.

"Terutama untuk menyembuhkan rasa trauma atau Trauma Healing yang harus segera dilakukan, karena terjadi korban jiwa. Agar anak-anak bisa kembali belajar dengan normal, untuk mencapai apa yang dicita-citakan," terang Baharudin.

Ditanya apakah dibutuhkan adanya Bimbingan Penyuluhan (BP) di pesantren, Baharudin mengaku kalau sesuai struktur di pondok ada pimpinan, pengasuh kemudian guru pengajar dan pendamping santri. Pendamping santri inilah yang menggantikan peran orang tua, yang perlu dilakukan pembinaan.

Agar para pendamping santri bisa mendampingi ketika ada masalah, ada keluhan atau hal lain saat dalam pesantren. "Ini yang perlu dilakukan pesantren, agar kebutuhan psikologis nya terpenuhi selain keilmuan melalui pembelajaran di pesantren," kata Baharudin.

Apalagi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah pesantren di Kabupaten Blitar, saat ini sebanyak 137 pesantren dimana 30% termasuk kategori menengah dengan jumlah santri lebih dari 200 orang. "Sehingga Indeks Religiusitas atau kesadaran beragama meningkat, karena adanya ancaman globalisasi terutama internet. Maka kemampuan pesantren dalam mengelola pondok juga harus ditingkatkan, agar kualitas pelayanan dan pendidikannya semakin bagus, maju dan bisa mengikuti perkembangan jaman," bebernya.

Oleh karena itu menurut Baharudin memang perlu ada semacam BP, dengan cara pembinaan pendamping santri di asrama. "Agar bisa memahami aspek psikologis sesuai perkembangan santrinya, misalnya kalau SD atau SMP bagaimana perlakuannya kan berbeda sesuai usianya," paparnya.

Baharudin mengatakan, pendamping santri inilah yang harus punya bekal atau kompetensi, menjadi konselor bagi para santri di pesantren.

"Selain dengan Dinas PPKB dan P3A, pihak Kejari dan Polres Blitar juga siap membantu memberikan pembinaan di pesantren," imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu santri Ponpes Tahsinul Akhlak di Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar berinisial MAR (14) meninggal dunia, Minggu (7/1/2024) pagi di RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi.

Setelah dikeroyok oleh 17 temannya sesama santri di pondo, Selasa(2/1/2024) malam setelah dituduh mencuri uang pada awal Desember 2023 lalu. Korban MAR dikeroyok hingga pingsan, kemudian dilarikan ke Puskesmas Sutojayan. Lalu dirujuk ke RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi dalam kondisi koma dan dirawat di ICU sampai akhirnya meninggal dunia.

Dalam pengusutannya pihak Polres Blitar telah menetapkan 17 orang santri dibawah umur, berusia sekitar 14-16 tahun menjadi tersangka pelaku pengeroyokan. Serta dijerat dengan pasal 80 ayat 3 UU No 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman kurungan maksimal 15 tahun (*)

Reporter: arief sukaputra|Editor: Arifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.