
MALANG (Lenteratoday) - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang telah mengidentifikasi sebanyak 18 titik rawan kemacetan dan keramaian di Kota Malang. Hal tersebut merupakan salah satu langkah guna mengantisipasi potensi kemacetan selama periode Natal 2024 dan pergantian Tahun Baru 2024 (Nataru) di Kota Malang.
Dari 18 titik-titik rawan tersebut, di antaranya meliputi Simpang Jalan Ahmad Yani (di depan gedung Malang Creative Center), Simpang Universitas Brawijaya (UB), Simpang Dinoyo, Simpang Jembatan Tunggulmas, Simpang Perlimaan Tunggulwulung, hingga kawasan Kayutangan Heritage dan Bundaran Tugu Balai Kota Malang.
"Nah untuk itu, kami sudah merancang skema kesiapsiagaam. Jadi kami akan melakukan pemantauan arus lalu lintas melalui Pusdalops Area Traffic Control System (ATCS) serta melalui CCTV di 200 titik jalan melalui laman website cctv.malangkota.go.id. Dari website itu, masyarakat ataupun wisatawan juga bisa memantau titik-titik mana yang macet, real time," ujar Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, saat dikonfirmasi awak media, Selasa (26/12/2023).
Selain itu, Widjaja juga menambahkan bahwa pengawasan akan ditingkatkan dengan penempatan personel Dishub di Pos Pengamanan (pospam) dan Pos Pelayanan (posyan) Polresta Malang Kota. Yang tersebar di empat titik strategis, termasuk simpang MCC, simpang UB, simpang BTN Sawojajar, dan posyan di depan Gereja Katedral Ijen.
Lebih lanjut, pria yang akrab dengan sapaan Jaya, ini juga menjelaskan terkait prediksi kendaraan dan potensi kunjungan di Kota Malang. Menurutnya, diperkirakan akan terjadi peningkatan volume kendaraan sebesar 5-10 persen dibandingkan periode nataru sebelumnya. Namun, Jaya mengatakan jika peningkatan ini hanya terjadi di titik-titik tertentu, bukan di seluruh Kota Malang.
"Pada prinsipnya, Kota Malang ini bagian dari Malang Raya dan akan menjadi destinasi kunjungan yang favorit di tahun 2023 ini. Jadi dari daerah yang ada di Jawa Timur, yang sangat dimungkinkan tinggi kunjungan adalah Malang Raya, selain Surabaya," tambahnya.
Di sisi lain, Jaya menyebutkan bahwa potensi tingginya volume kendaraan ini, juga didukung oleh fakta bahwa Kota Malang menjadi jalur alternatif bagi wisatawan yang hendak menuju Kota Batu.
"Kendaraan yang hendak ke Kota Batu, itu cenderung melalui Kota Malang, baik itu sebagai tujuan utama atau karena alih rute akibat kepadatan lalu lintas menuju Kota Batu. Kalau tol (Karanglo) ditutup, maka dialihkan ke Pakis dan Madyopuro. Konsekuensinya mereka melewati Kota Malang baik itu di LA Sucipto, kemudian di Danau Jonge, Ki Ageng Gribig, sampai ke Sulfat," urai Jaya.
Di akhir, Jaya juga menyampaikan jika penyebab potensial lalu lintas ini justru dapat dianggap sebagai indikator positif bagi pertumbuhan Kota Malang. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, sambungnya, diprediksi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi setempat.
"Kunjungan wisatawan yang melewati Kota Malang, sengaja ataupun tidak, akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota ini, melalui berbagai sektor seperti pariwisata dan perdagangan. Tapi saya rasa itu adalah sebagai indikator tingkat kunjungan di Kota Malang itu bagus. Kemudian tingkat ekonomi juga berarti meningkat, indikator ekonominya meningkat," pungkasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi