20 April 2025

Get In Touch

Ribuan Mahasiswa Gelar Aksi Damai Selamatkan Demokrasi di Untag Surabaya

Ribuan mahasiswa ikuti Aksi Damai Selamatkan Demokrasi di Untag Surabaya. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)
Ribuan mahasiswa ikuti Aksi Damai Selamatkan Demokrasi di Untag Surabaya. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

SURABAYA (Lenteratoday) - Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berkumpul dalam Mimbar Bebas dan Aksi Damai Selamatkan Demokrasi, di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (6/12/2023). Kegiatan ini diinisiasi oleh kumpulan mahasiswa yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Selamatkan Demokrasi (Gemas'D).

Bertajuk "Mahasiswa Bergerak Melawan Degradasi Demokrasi Perusak Moralitas Bangsa", berbagai spanduk digantung dengan kata penolakan serta sindiran. Mulai dari 'Tolak Pelanggaran HAM', 'Tolak Politik Dinasti', 'Th 98 apakah terulang?', 'Demokrasi Diamputasi', Mahasiswa harus kritis', hingga 'Ciee Om-nya MK'.

Sedangkan beberapa tokoh yang berorasi di antaranya adalah Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa, Bambang Ekoloyo Butet, Presiden BEM UI, Eros Djarot, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Aryo Seno Bagaskoro, dan lainnya.

Bambang Ekoloyo Butet menyampaikan orasi dalam konferensi pers bersama media. Dalam orasinya ia menyatakan bahwa sejak pertengahan Oktober lalu, berjuta-juta rakyat Indonesia terkena 'prank' dari sang pemimpin Indonesia.

"Kecewa berat. Kami mendukung, kami menjaga, kami mempunyai harapan punya role model pemimpin yang pantas dibanggakan sepanjang zaman. Tapi gagal," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan seperti ada kisah 'Drama Korea' di Mahkamah Konstitusi, di KPU, dan lain-lain. Dan semua itu membuktikan siapa dalang dan produser dari drama Korea itu. Maka akumulasi dari kekecewaan itu jelas menggambarkan kepada publik bahwa hari ini Indonesia tidak baik-baik saja.

"Demokrasi sedang dilukai. Yang melukai adalah orang yang menunggangi demokrasi, berprestasi karena demokrasi, membawa kesejahteraan karena demokrasi, tapi ujungnya melukai dan mencederai demokrasi," tuturnya.

Bambang Ekoloyo Butet (tengah) saat berbicara dalam konferensi pers Aksi Damai Selamatkan Demokrasi, Rabu (6/12/2023) di Untag Surabaya. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

Maka baginya, pertemuan, perkumpulan, dan perjuangan hari ini bukan hanya soal ingin mencari siapa pemenang dalam konstitusi pemilu. Tapi ini adalah ikhtiar bersama orang-orang yang 'sehat' untuk menyelamatkan bangsa dan negara.

"Karena ini banyak mahasiswa, saya meyakini bahwa mahasiswa yang hadir di acara kita ini adalah pemilik masa depan yang akan menyelamatkan bangsa dan negara. Mereka hidup dalam kegigihan dan tantangannya. Bukan makhluk manja yang bisanya cuma bicara asam sulfat," ujarnya.

Begitu pula dengan Bagus Raditya sebagai perwakilan GMNI. Ia mengaku GMNI hadir atas dasar independensi serta kesadaran GMNI. Ia berbicara tentang konstitusi yang detik ini sedang diobrak-abrik. Maka dengan ini mahasiswa harus ikut turun mengawal konstitusi sebagai petarung-petarung terhadap demokrasi.

"GMNI juga siap untuk mengawal ataupun untuk menyuarakan demokrasi dan menjaga konstitusi," ungkap Bagus.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat serta gen z untuk tepat dalam memilih sosok calon pemimpin. Karena siapapun itu, pemimpin akan menjadi sosok yang akan mengawal konstitusi. Masyarakat harus bisa memilih siapa yang tepat untuk mengawal konstitusi. Apakah calon yang merusak konstitusi dengan cara-cara yang tidak elok, atau malah calon yang berjalan dengan konstitusi.

"Jadi mari untuk mahasiswa dan juga masyarakat, kita kawal bersama. Karena yang pasti demokrasi itu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat," ungkapnya. (*)

Reporter : Jannatul Firdaus | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.