
JATIBARANG (Lenteratoday) -Keluar dari kota Semarang, pada 10 km pertama jalanan langsung menanjak halus. Setelah itu relatif datar sampai km 63 mendekati Alas Roban yang legendaris itu.
Untuk melewati ada 3 pilihan rute. Dalam peta koomot panjang jalan sekitar 9 km, elevasi naik dari 30 mdpl ke 280 mdpl, paling kiri jalan baru dengan lajur lebar. Alinyemen didisain untuk dilewati kendaraan berat. Gradien tanjakan relatif lebih nyaman dibanding jalan lama, tetapi pohon peneduh masih belum rindang sehingga lebih panas.
Paling kanan adalah jalan lama untuk kendaraan kecil. Relatif lebih pendek tetapi jalan lebih menanjak. Kami berenam memilih jalur tengah yang sebetulnya sedang ditutup karena perbaikan jalan, kecuali untuk kendaraan proyek.
Ternyata pilihan kami tidak salah, sebab bisa menikmati jalanan sepi di tengah hutan yang teduh oleh rindangnya pepohonan. Tanjakan relatif nyaman untuk digowes.

Setelah melewati Alas Roban kami istirahat untuk ngopi dan makan siang sambil menunggu teman-teman yang lain. Ternyata teman yang lain lewat jalan baru. Memang tanjakan lebih landai tetapi karena panas yang menyengat akhirnya mereka harus lebih sering berhenti,.
Setelah semua rombongan selesai makan siang kami lanjutan perjalanan menuju kota Pemalang.
Dari Alas Roban sampai kota Batang jalanan naik turun yang dalam bahasa pesepeda disebut ngeRoll. Sangat mengasyikan karena lajur yang lebar dengan permukaan aspal halus. Pedal relatif sering freewheels dan pada turunan panjang kecepatan sepeda di speedometer tercatat lebih dari 50 kpj.
Melewati kota Pekalongan ba'da ashar. Kami sebenarnya ingin ngopi, tetapi sangat sulit mencari warung. Semuanya tutup. Mungkin karena termasuk kota santri, sebagian besar masyarakat mempersiapkan diri untuk menunggu waktu shalat magrib.
Tiba di kota Pemalang pukul 19.30 WIB. Setelah makan malam nasi goreng PKL di alun-alun kami langsung menuju masjid Agung Nurul Kalam Pemalang yang berada di seberang. Kami mandi. Bahkan sempat mencuci pakaian yang dipakai dan istirahat disana.
Setelah shalat subuh kami persiapan meneruskan perjalanan ke Indramayu. Masih sempat sarapan nasi Megono di PKL yang berada persis depan masjid. Setelah Pemalang, perjalanan dilanjutkan ke Indramayu melewati Brebes, Tegal, dan Cirebon. Memasuki kota Cirebon disambut dan dijamu komunitas petouring Cirebon.
Memasuki wilayah Indramayu ada pilihan untuk lewat Jatibarang atau Balongan. Kami, akhirnya lewat Jatibarang. Masuk Jatibarang sudah menjelang magrib. Melihat masjid Jami' Nurul Huda, kami melaksanakan shalat sekaligus minta izin dan menginap.

Selesai shalat isya' ada jamaah yang bertanya jumlah rombongan yang menginap dan berpesan besok tidak usah cari sarapan karena akan dibawakan nasi kuning untuk sarapan.
Alhamdulillah lokasi masjid ada di pusat keramaian dan persis di depannya ada jasa laundry. Malam itu kami tidak perlu mencuci pakaian. Sambil sambil menunggu hasil cucian, kami bisamalam di PKL sekitar masjid.
BarakALLAH
Penulis: Muh. Rudiansyah, Wiraswastawan|Editor: Arifin BH