
Perusahaan video conference Zoom menutupakun milik aktivis China yang berbasis di Amerika Serikat. Penutupandilakukan setelah mereka mengadakan pertemuan virtual untuk memperingatipenumpasan di Lapangan Tiananmen melalui media sosial tersebut.
Kelompok aktivis kemanusiaan Chinaitu menyatakan akunnya ditutup hanya beberapa hari setelah acara tersebut.
Pertemuan itu diikuti sekitar 250orang termasuk beberapa aktivis yang didatangkan dari China.
Zoom menyatakan akun menutup untukmematuhi "undang-undang setempat". Akan tetapi, akun itu kemudiandiaktifkan kembali.
"Ketika pertemuan diadakan di berbagai negara, para peserta dinegara-negara tersebut diharuskan untuk mematuhi hukum setempat," ujarpernyataan Zoom melalui email seperti dikutip dari laman BBC, Jumat (12/6/2020).
"Kami bertujuan membatasitindakan yang kami ambil guna mematuhi hukum setempat dan terus meninjau danmeningkatkan layanan kami dalam masalah ini," menurut pernyataan itu.
Zoom, yang mengalami peningkatanpenggunaan secara masif karena penguncian virus Corona, melakukan pengawasanketat atas langkah-langkah keamanan dan privasi.
Di antara masalah-masalah itu disebut"Zoombombing", yakni para tamu yang tak diundang kembali ke rapatkarena memposting konten berbau rasis.
Pertemuan video kemanusiaan yangdiadakan pada 31 Mei itu dimaksudkan untuk memperingati ulang tahun ke-31penumpasan di Lapangan Tiananmen, China. Peringatan tragedi Tiananmen diadakansetiap 4 Juni.
Menurut sebuah laporan di South ChinaMorning Post, para pembicara termasuk ibu dari seorang pemrotes yang terbunuh,seorang warga Beijing yang dipenjara 17 tahun karena partisipasinya, danbeberapa pemimpin mahasiswa yang telah diasingkan.
"Peristiwa ini menandai pertamakalinya begitu banyak tokoh terkenal yang memiliki hubungan langsung dengangerakan pro-demokrasi 1989 berkumpul dalam satu ruang," ujar Zhou Fengsuo,presiden Humanitarian China, yang juga seorang pemimpin mahasiswa saat aksiprotes di Tiananmen (Ist-abh).