20 April 2025

Get In Touch

Kesaksian Bambang DH : ‘KESAKTIAN’ PENA MAESTRO JURNALISTIK PETER A. ROHI

Kesaksian Bambang DH : ‘KESAKTIAN’ PENA MAESTRO JURNALISTIK PETER A. ROHI

Matahari pun masih malu-malu menyengat Kota Surabaya kala Cak Roes mendatangi saya. Cak Roes adalah sapaan akrab Prof. Dr. H. Roeslan Abdulgani. Negarawan dan politikus Indonesia kelahiran Surabaya yang merupakan Menteri Luar Negeri Indonesia pada tahun 1956-1957. Kala itu beliau menyampaikan keingiannya ketemu Peter A Rohi.

Saat itu tahun 1996-an. Begitu tahu Cak Roes akan keSurabaya, Pak Peter pun saya jemput untuk bertemu di Ruang VIP Juanda.  Begitu Peter A Rohi berada di depannya,  Cak Roes langsung menghujaninya denganberbagai pujian terkait tulisannya.

Terutama saat itu sebuah tajuk yang hadir tiap hari denganjudul Selamat Pagi Surabaya. Pasca ngobrol ngalor-ngidul tentang negeri ini,Cak Roes pun minta Peter membukukan tajuknya. Menurut Cak Roes, Peter A Rohidengan tajuknya yang hanya sekian baris dan kolom,  bisa beri gambaran situasi politik nasionalsetiap hari dengan tajam dan berani.

Tak hanya konsisten dalam menulis, setelah reformasi PakPeter makin tajam dalam setiap ulasannya. Bahkan dia yakin buku keluaran Setnegyang menyatakan bahwa Bung Karno lahir di Blitar salah. Dengan semangatnya PakPeter mengajak diskusi. Membawa bahan-bahan tulisan hingga mengunjungi rumahtempat kelahiran Bung Karno di Pandean.

Kala itu Pak Peter berani menunjukkan puluhan koleksi bukusejarah yang menuliskan kelahiran Soekarno. Di antaranya, buku berjudul"Soekarno Bapak Indonesia Merdeka" karya Bob Hering, "Ayah BundaBung Karno" karya Nurinwa Ki S. Hendrowinoto tahun 2002, "KamusPolitik" karangan Adinda dan Usman Burhan tahun 1950.

Lainnya, "Ensiklopedia Indonesia" tahun 1955,"Ensiklopedia Indonesia" tahun 1985, dan "Im Yang Tjoe"tahun 1933 yang sudah ditulis kembali oleh Peter A Rohi dengan judul"Soekarno Sebagi Manoesia" pada tahun 2008.

Singkat cerita setelah ketemu beberapa tokoh, digelarlahdiskusi ilmiah pelurusan tempat lahir Bung Karno di Gedung Balai PemudaSurabaya. Dari sanalah akhirlah pelurusan tempat kelahiran Bung Karno diPandean Gg IV/40 Surabaya diakui. Lokasinya pun hanya beberapa Gang di utarakediaman HOS Cokroaminoto.

Tidak hanya bagi warga setempat, masyarakat Indonesia pundibuat tercengang dengan penemuan bahwa rumah kelahiran Soekarno, Presidenpertama RI yang juga Sang Proklamator, berada di sebuah gang sempit yangberukuran tidak lebih dari tiga meter di Kota Pahlawan, Surabaya. Bukan diBlitar sebagaimana yang diketahui masyarakat Indonesia selama ini.

Bung Karno dilahirkan di Surabaya, tepatnya di sebuah rumahkontrakan Jalan Lawang Seketeng, sekarang berubah menjadi Jalan Pandean IV/40.Ayahnya Raden Soekemi seorang guru sekolah rakyat dan ibunya Ida Ayu Raiseorang perempuan bangsawan Bali.

Ukuran bangunan rumah itu 6x14 meter. Terdiri dari saturuang tamu, satu ruang tengah yang biasa ditempati keluarga bersantai, dan duakamar. Di belakang ada dapur yang terdapat juga sebuah tangga kayu untuk naikke lantai dua. Di lantai atas tersebut, hanya digunakan untuk menjemur pakaian.

Pemasangan prasasti pun digelar 6 Juni 2011 karena disamakandengan tanggal kelahiran Soekarno, yakni 6 Juni 1901. Peter kala itumenyayangkan sikap pemerintah yang menyatakan bahwa Soekarno lahir di Blitar.Padahal, kata dia, berbagai buku-buku sejarah dan arsip nasional ditegaskanbahwa Soekarno dilahirkan di Surabaya.

Saya menjadi saksi bagaimana idealisme dan komitmen yangdigorekan pena seoarang wartawan, Peter A Rohi sangat sakti. Mampu membuktikandan membenarkan sejarah yang sempat keliru. Hormat saya Bambang DH untukbeliau. Selamat Jalan Pak Peter. (Bambang DH)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.