20 April 2025

Get In Touch

Peneliti Dr. Carina Joe: Dasar Menjadi Ilmuwan Adalah Kemanusiaan

Para pemateri dan tamu Inspiring Insight UKWMS. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)
Para pemateri dan tamu Inspiring Insight UKWMS. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

SURABAYA (Lenteratoday) -Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menggelar Inspiring Insight bersama Dr. Carina Joe, salah satu peneliti dan pemegang paten vaksin Covid-19 AstraZeneca, Senin (16/10/2023) di Ruang Widya Manggala - Widya Mandala Hall UKWMS Pakuwon City.

Diikuti ratusan mahasiswa UKWMS kampus Surabaya dan Madiun, acara ini memiliki topik "Inovasi Sains untuk Kesejahteraan Manusia:Kisah Sukses Carina Joe serta Dampaknya pada Pencapaian SDG 3 dan 9". Tak hanya Dr. Carina, Dr. Ramon Antonio Eguia Nadres, dosen pada Fakultas Filsafat UKWM Surabaya.

Wakil Rektor III UKWMS Dr. Lanny Hartanti dalam sambutannya mengatakan, bahwa tema talkshow ini selaras dengan visi misi UKWMS, yaitu ingin menghidupi bahwa belajar bukan hanya sekadar untuk ilmu pengetahuan, melainkan untuk kehidupan. Dan UKWMS sungguh ingin menjadi komunitas yang semakin berdampak positif untuk sesama, untuk sekitar, serta untuk alam sekitar.

Oleh karenanya, dalam menghidupi nilai-nilai dan semangat tersebut, UKWMS juga memiliki semangat kepedulian dan antusiasme, sehingga dengan kepedulian, komitmen, dan antusiasme yang tinggi, UKWMS selalu menyambut hal-hal baru, serta selalu ingin belajar hal baru.

"Bukan hanya sekadar dalam hal sains semata, tetapi kita juga ingin belajar secara holistik bagaimana sains, ilmu pengetahuan, dan juga kemanusiaan ini saling selaras dan juga saling mendukung," ungkap Lanny.

Dalam paparan presentasi yang lebih ke arah sharing pada peserta, Carina berbicara soal pengalamannya dalam proyek Vaksin AstraZeneca bersama Oxford University. Dijelaskannya mengapa ia memproduksi vaksin tersebut, serta apa tujuannya.

"Keputusan kita kan dua. Satu, distribusi menghasilin teknologi transfer ke negara-negara berkembang, dua kita distribusikan pastinya tanpa provit. Kenapa? Karena kita mau pemerataan hak untuk mendapatkan vaksin. Supaya pandeminya cepat terkontrol," jelas Carina saat ditemui usai acara.

Ia juga menjelaskan, proyek vaksin tak berprovit tersebut adalah keputusan Oxford. Menurutnya, itu merupakan keputusan yang baik. Karena dengan keputusan itu, dapat membantu negara-negara berkembang guna mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan vaksin.

"Sehingga vaksin Covid ini terjangkau di negara mereka. Itu tujuan utamanya," ungkapnya.

Maka dalam talkshow ini Carina menegaskan, bahwa dasar untuk menjadi ilmuwan adalah kemanusiaan. Dikatakannya, jika ingin menjadi kaya atau populer, jangan memilih menjadi ilmuwan. Karena ilmuwan tujuannya bukan untuk menjadi kaya dan populer. Dibandingkan profesi yang lain, ilmuwan adalah profesi yang tak menentu.

"Belum tentu semua yang kita kerjakan berhasil. Dan kita butuh waktu yang lama dibandingkan dengan riset-riset yang lain untuk menghasilkan suatu produk yang berguna. Jadi emang dasarnya harus kemanusiaan, kalau mau bertahan di bidang ini," ungkap Carina.

Maka dengan kisah inspiratifnya yang harus berpindah dari Australia ke Inggris untuk menggarap proyek Vaksin AstraZeneca ini, Carina memberikan Insight soal pengorbanan. Situasi tersebut harapannya dapat menjadi gambaran bagi peserta talkshow tentang bagaimana menentukan pilihan di saat yang susah.

"Ini lebih ke arah pilihan. Jadi memang kalau kita dimasukkan ke dalam pilihan yang sulit, keadaan yang tidak enak, ya balik lagi karakter kamu seperti apa. Memilih mundur atau maju. Pilihan yang tepat di saat yang sulit," pungkasnya.

Reporter: Jannatul Firdaus|Edior: Aifin BH

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.