
NGANJUK (Lenteratoday) – Cuaca dengan suhu udara yang cukup panas bahkan bisa dibilang ekstrem menimbulkan berbagai dampak pada masyarakat. Diantara ada yang membawa dampak buruk dan ada juga yang malah membawa dampak baik bahkan dianggap keberkahan.
Seperti yang disampaikan Nur Wiyadi, seorang penjual es campur, asal Desa Mangundikaran, Kabupaten Nganjuk. Cuaca panas malah dinilai sebagai sebagai tantangan dan juga berkah karena dagangannya laris pembeli.
Dia menceritakan tentang bagaimana panas yang sangat menyengat selama satu minggu terakhir ini menjadi tantangan baginya. Dia harus berjualan di bawah terik matahari yang suhunya bisa mencapai 40 derajat Celsius. Kondisi suhu udara yang jauh dari suhu rata rata Indonesia sekitar 31 derajat Celsius jelas membuat tidak nyaman dan mempengaruhi aktivitas sehari-harinya.
“Ya, saya sudah merasakan panas dari minggu-minggu kemarin, apalagi kalo siang rasanya tidak doyan (enak) makan pengennya cuman minum es saja,” ujarnya, saat diwawancarai Lenteratoday, Minggu (15/10/2023).
Nur Wiyadi mengatakan selama musim panas yang cukup ekstrem ini, dagangannya selalu habis. Sedangkan pada musim sebelumnya, ketika pulang kerja sore hari masih menyisakan barang dagangan. “Tapi ya berkahnya Alhamdulillah lapak saya jadi ramai pembeli karena panasnya cuaca ini, kemarin biasanya tidak seramai saat ini,'' tambahnya.
Bahkan, beberapa pembeli ada yang datang dari luar daerah seperti Pasuruan dan lainnya. “Mereka mengatakan ada perbedaan suhu yang lebih panas di Nganjuk dibandingkan dengan tempat asal mereka. Meskipun suhu yang ekstrem ini menjadi tantangan bagi banyak orang, terutama yang tidak terbiasa dengan kondisi tersebut,” katanya.
Di satu sisi, menurut Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sawahan Nganjuk, Sumber Harto, suhu di atas 40 derajat Celsius sebenarnya merupakan suhu udara luar ruangan, bukan suhu di dalam alat pengukuran yang biasanya mencapai hanya 37 derajat.
Dia menandaskan, peningkatan suhu ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang masih berlangsung di Indonesia hingga Februari 2024, bersamaan dengan musim kemarau. Kehadiran El Nino dan musim kemarau secara bersamaan memicu peningkatan suhu udara, menciptakan cuaca yang lebih panas dan kering di wilayah tersebut.
“Bagi masyarakat yang bekerja di luar tolong gunakan sunscreen, karena memang panasnya sangat terik, karena memang ada peningkatan suhu 2 sampai 3 derajat,” tandasnya. (*)
Reporter : Abdillah Qomaru | Editor : Lutfiyu Handi