20 April 2025

Get In Touch

Bocoran Strategi dari Cindy, Tutor Program Pemkot Kediri English Massive Peraih Beasiswa University Edinburgh

Cindy, tutor program Pemkot Kediri English Massive (Emas) kini menempuh studi di University of Edinburgh di Skotlandia.
Cindy, tutor program Pemkot Kediri English Massive (Emas) kini menempuh studi di University of Edinburgh di Skotlandia.

KEDIRI (Lenteratoday)-Siapa sangka salah satu tutor program Pemkot Kediri, English Massive (Emas), Cindy berhasil lolos seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dia lolos melalui jalur reguler Non-LoA pada tahun 2022.

Kini Cindy telah menjalani pendidikan di University of Edinburgh. Cindy pun memberi bocoran strategi dan beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bisa lolos beasiswa LPDP.

Diantaranya skor IELTS yang masih berlaku dengan skor keseluruhan minimal 6,5. Untuk mendaftar di kampus University of Edinburgh overall 7 dan skor per skill 6,5. Lalu ada surat rekomendasi dari dosen atau atasan.

Syarat selanjutnya menulis esai tentang komitmen kembali ke Indonesia, rencana pasca-studi, dan rencana kontribusi di Indonesia. Kemudian mengisi formulir pendaftaran di website LPDP dan IPK minimal 3,0 pada skala 4,0.

"Syarat mungkin berbeda tiap tahun jadi jika ingin mendaftar bisa langsung cek di website untuk melihat persyaratan terbaru. Kebetulan untuk syarat LPDP tahun 2022 syarat-syarat tersebut yang harus saya penuhi," ujarnya.

Selain memenuhi beberapa syarat, Cindy menjelaskan ada beberapa tahap seleksi yang dilewati. Di LPDP sendiri ada tiga tahap seleksi untuk jalur reguler Non-LoA, yaitu, seleksi administrasi, seleksi bakat skolastik, dan yang terakhir seleksi substansi. Cindy memiliki persiapan yang berbeda-beda pada setiap tahap seleksi.

Pada tahap awal Cindy harus benar-benar memperhatikan apakah semua persyaratan sudah terpenuhi atau belum dan yang terpenting adalah riset. Teliti betul-betul mengenai jurusan dan universitas tujuan karena jika lolos ke tahap wawancara, pasti akan ditanyakan. Harus yakin dan konsisten dengan jawaban yang diberikan.

Tahap kedua dan ketiga, sering-sering berlatih untuk mengerjakan soal dan memahami betul esai yang sudah dibuat untuk menghadapi pertanyaan dari panelis saat wawancara. Semua harus dipersiapkan dengan matang dan jauh-jauh hari, tidak bisa instan atau sistem kebut semalam.

Mengatur waktu dan prioritas sebaik mungkin, serta memperbanyak riset untuk mempersiapkan diri, dan jangan lupa untuk memiliki support system yang siap mendukung atau mendengarkan keluhan.

"Karena prosesnya memang panjang dan menyita banyak tenaga. Alhamdulillah selama proses pendaftaran dan seleksi beasiswa saya mendapatkan banyak sekali dukungan dan bantuan dari teman-teman saya. Itu penting sekali bagi saya," ceritanya.

Kini saat menjalani studi di University of Edinburgh, Cindy mengaku harus menjalani beberapa adaptasi. Hal yang paling membuatnya kaget saat pertama adalah perbedaan cuaca. Sebelumnya Cindy sudah riset dan bertanya kepada beberapa senior di sana, memang di sana dingin dan anginnya kencang.

Namun hal itu tetap membuatnya kaget saat tiba di Edinburgh. Lalu untuk makanan, walaupun di Edinburgh tersedia beberapa restoran halal. Cindy tetap memasak setiap hari untuk berhemat. Untuk belanja sayuran, daging halal, dan rempah dari Asia masih mudah dijangkau.

"Lalu karena buah kadang lebih murah daripada jajanan sekarang seringnya nyemilnya buah seperti stroberi, anggur, dan jeruk. Untuk ibadah sendiri Alhamdulillah dimudahkan ada masjid besar yang dekat sekali dengan main kampus. Disediakan juga ruangan khusus untuk salat di fakultas saya Moray House School of Education," ungkapnya.

Cindy menambahkan untuk sistem perkuliahan di Edinburgh sangat berbeda sekali dengan pengalaman saat belajar S1 di Indonesia. Di Edinburgh terutama pada jurusannya, terdapat dua jenis sistem kelas. Pertama adalah Lecture atau kuliah pada umumnya, di mana dosen memberikan materi atau penjelasan kepada mahasiswa. Kedua adalah workshop, dimana mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan beberapa list bacaan dan tugas sebelum masuk workshop.

Hal ini disebabkan saat workshop mahasiswa dituntut untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing mengenai jurnal atau artikel yang sudah dibaca maupun tugas yang sudah dikerjakan sebelumnya.

"Jadi di sini sekadar datang di kelas saja tidak cukup. Mahasiswa harus bisa me-manage waktu dan prioritas untuk belajar secara mandiri. Karena kalau tidak jelas tidak akan bisa," imbuhnya.

Reporter: Gatot Sunarko,rls|Editor:widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.