
NGAWI (Lenteratoday) - Iswanto, warga Desa Dumplengan, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, mendedikasikan dirinya untuk melestarikan kesenian caplokan Jaranan. Berkat Iswanto, kesenian kesenian asli Jawa Timur ini mulai dilirik kalangan anak anak hingga remaja.
Langkah uri-uri budaya kesenian caplokan jaranan dilakukan Iswanto dengan membentuk sebuah wadah yang dinamai Paguyuban Loka Jaya Putra. Paguyuban itu berada di Desa Dumplengan, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi dan satu satunya paguyuban yang ada diwilayah sebrang lor Bengawan Solo.
Secara singkat, Iswanto menceritakan tentang arti nama paguyubannya, Loka yang berarti (Lor Kali/Bengawan) Jaya artinya kesuksesan, dan Putra yang berarti anak anak. Nama itu juga mengandung harapan besar, yaitu supaya anak anak yang notabene berada di desa Sebrang Lor Bengawan Solo bisa sukses jaya bersama paguyuban ini.
Pada saat reporter lenteratoday.com mewawancarai, dia menandaskan bahwa tujuan dibentuknya paguyuban ini salah satunya untuk melestarikan budaya kesenian asli Jawa Timur. "Agar tidak punah kita lestarikan, disamping itu anak anak dan remaja kami rangkul berkegiatan positif," katanya, Senin (18/9/2023).
Dirinya menambahkan, Paguyuban Loka Jaya Putra ini sering kali dapat job tampil di setiap ada event kegiatan desa maupun kegiatan lainnya. "Hasil dari kita tampil pada event untuk kas dan untuk memberikan reward pada anak anak dan remaja Paguyuban, paling jauh kita dapat job di Bojonegoro," tambahnya.
Kesenian Caplokan Jaranan ini penampilkan atraksi berupa tarian menggunakan topeng. Meski ada nama jaran (kuda), namun dalam penampilan sesungguhnya tidak melibatkan kuda asli. akan tetapi menggunakan kuda seperti layaknya kuda lumping. Selain itu, juga ada atraksi mirip dengan atraksi yang ada di kesenian reog. (*)
Reporter : Dimas Ridho | Editor : Lutfiyu Handi