20 April 2025

Get In Touch

Kisah Jungkir Balik Wisudawati ke-127 UNTAG Surabaya Tuk Selesaikan Studi

Rani Dwi Mahesti saat ditemui di tengah acara. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)
Rani Dwi Mahesti saat ditemui di tengah acara. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

SURABAYA (Lenteratoday) - Wisuda ke-127 Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya yang diselenggarakan Sabtu-Minggu (2-3/9/2023) tak lepas dari kisah jatuh bangun wisudawannya. Rani Dwi Mahesti, S.I.Kom. dan Dr. Triswati Sasmito, Dra, SST, Bd, M.Kes., adalah bukti wisudawati yang berjuang tuk dapatkan gelar Sarjana dan Doktor, dengan perjuangan yang tak biasa.

Rani merupakan Pramugari maskapai Citilink yang hari ini, (Sabtu/2/9/2023) diwisuda pada semester 14. Nyaris Drop Out, namun semangatnya meraih sarjana masih menyala. Ia menempuh studi S1 Ilmu Komunikasi namun harus mengambil cuti pada semester 5, guna mengambil kesempatan Beasiswa Pramugari kala Pemerintahan Tri Rismaharini. Lolos beasiswa tersebut, ia ditempatkan di Jakarta 3 tahun lamanya.

"Saat pandemi saya coba lagi datang ke UNTAG untuk melanjutkan studi saya S1 Ilmu Komunikasi ini. Dan beruntungnya masih bisa," ungkap wanita kelahiran 1998 tersebut.

Ia bercerita, pasca datang kembali ke UNTAG saat pandemi Covid-19 pada awal semester 12, pembelajaran dilakukan secara daring. Ia pun masih berada di Jakarta. Sehingga ia harus melakukan kelas daring dari Jakarta, sedangkan juga ada beberapa pertemuaan di Surabaya, dan ia tak dapat mengikuti. Namun dengan adanya komunikasi yang baik dengan dosen, ia masih bisa mengumpulkan tugas-tugas secara daring. Berjalan hingga akhir semester, saat semester 13, UNTAG sudah kembali memberlakukan pembelajaran luring. Beruntungnya lagi, saat itu ia ditempatkan di Surabaya.

"Jadi memang sebenarnya untuk tekat saya memulai lanjut lagi sarjana itu berfikiran kalau semoga dipindahin ke Surabaya. Memang agak susah sebenarnya, cuman beruntngnya saya waktu itu ada penempatan di Surabaya dan bisa menyelesaikan Sarjana ini," ungkapnya.

Tak pantang mundur ternyata menjadi pilihannya atas perjuangan dan motivasi sang mama. Ia mengungkapkan, bahwa sang mama telah berusaha mencari dana untuknya masuk ke bangku kuliah. Meskipun ia sempat berkata tidak lanjut kuliah dulu untuk bekerja, namun sang mama selalu memberi semangat untuknya.

"Dengan apapun modalnya, mama berusaha untuk mencari utang atau bagaimanapun. Rani harus tetap lanjut S1," ungkapnya.

Dr. Triswati Sasmito, Dra, SST, Bd, M.Kes., saat ditemui di tengah acara. (Jannatul Firdaus/Lenteratoday)

Begitu pula dengan Triswati Sasmito, mahasiswa tertua yang hari ini resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Ekonomi, sekaligus menjadi perwakilan pidato mahasiswa di wisuda ini. Baginya usia hanyalah angka, yang terpenting adalah bagaimana ia bisa mengisi dengan kegiatan-kegiatan positif, termasuk mengambil kesempatan yang baru bisa ia dapatkan pada usia ini. Ia mengaku, dahulu masa mudanya habis untuk fokus bekerja, sehingga baru dapat menempuh gelar ini di usia yang tak muda.

"Saya InsyaAllah pengusaha. Jadi waktu saya tersita untuk bagaimana menjadi pengusaha yang berhasil, dan Alhamdulillah saya juga mendapat predikat Wanita Pengusaha Berprestasi Jawa Timur," ungkap wanita 65 tahun tersebut.

Menjadi pengusaha dan mahasiswa tentu tak mudah. Namun wanita yang kerap dipanggil Trisna ini mengaku telah menerapkan time management sejak dulu. Baginya, jika ia tak sanggup membagi waktu untuk menjalankan 20 program, ia menilai bahwa dirinya tak berhasil. Artinya ketika ia harus supervisi, harus belajar, maka harus bisa membaginya.

Sadar akan kekurangannya dalam teori membawanya ke dalam gelar Doktor di usia ini. Sehingga jika Rani termotivasi oleh sang mama, Trisna menjadikan dirinya sendiri sebagai motivatornya. Sehingga meskipun telah sukses dengan bisnisnya, ia harus memperdalam ilmu teoritis juga, meskipun harus jungkir balik memahami ilmu baru di Program Studi yang diambilnya. Mengingat ia tak miliki rekam jejak akademis bidang ekonomi, namun kesehatan.

"Saya tertantang, karena saya sudah menguasai ilmunya, saya harus lebih berhasil untuk mengelola usaha saya. Insya Allah tidak hanya di bidang kesehatan saja, tapi bidang segalanya. Mulai dari kesehatan itu rumah sakit dan klinik, kemudian resto, homestay, dan seterusnya. Jadi memang tidak hanya kesehatan, dan di situlah saya tertantang untuk memperdalam ilmu," ungkapnya saat ditanya rencana usai dapatkan gelar Doktornya. (*)

Reporter : Jannatul Firdaus | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.