20 April 2025

Get In Touch

Puncak El-Nino, Dinkes Kota Malang Ajak Masyarakat Waspada Penyakit Menular

Ilustrasi kondisi udara saat kemarau (Dok. Kemenkes RI)
Ilustrasi kondisi udara saat kemarau (Dok. Kemenkes RI)

MALANG (Lenteratoday) - Dalam menghadapi potensi dampak El Nino yang semakin kuat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, mengajak seluruh masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi penyakit menular, terlebih di musim kemarau saat ini.

Sebelumnya, berdasarkan pemantauan 10 hari terakhir di Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai sebesar +1.14. Hal tersebut mengindikasikan bahwa El Nino terus menguat intensitasnya sejak awal Juli. Dalam hal ini, BMKG memprediksi puncak dampak El Nino akan terjadi pada Agustus-September 2023 mendatang.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, mengkonfirmasi bahwa dampak El Nino dapat meningkatkan risiko penyakit menular. Khususnya yakni, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Kita terus memantau untuk peningkatan kasus-kasus tersebut. Karena yang saat ini sudah terjadi adalah dampak yang ditimbulkan pada saluran pernafasan atas, kemudian terkait dengan DBD. Itu yang mendominasi. Itu yang berpotensi dan menimbulkan wabah," ujar Meifta, saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (2/9/2023).

Meifta juga menyoroti faktor-faktor risiko yang perlu diperhatikan selama musim kemarau. Di antaranya seperti debu yang dapat memicu ISPA, terutama pada bayi, balita, dan lansia. Menurutnya juga, cuaca yang ekstrem, dengan kondisi siang hari yang panas dan malam yang dingin, juga dapat berpotensi melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Dalam upayanya menghadapi ancaman ini, Dinkes Kota Malang memberikan beberapa imbauan kepada masyarakat. Penting bagi masyarakat, sambungnya, untuk menjaga kesehatan diri dengan mengkonsumsi banyak mineral untuk menghindari dehidrasi akibat cuaca panas. Selain itu, dituturkannya bahwa menjaga kebersihan lingkungan sangat diperlukan, terutama mengingat debu yang banyak selama musim kemarau ini.

"Termasuk harus pakai masker karena debunya banyak. Kemudian karena debu yang banyak itu maka akan ada risiko penyakit mata karena debu itu. Juga harus banyak-banyak cuci tangan dengan air mengalir," paparnya.

Lebih lanjut, selain dampak pada kesehatan. Meifta juga menekankan, bahwa kemarau dapat berdampak pada pasokan air. Dalam hal ini, kondisi tersebut menurutnya, dapat mengancam urban farming yang menjadi sumber ketahanan pangan banyak keluarga di Kota Malang.

"Sementara, Kota Malang ini kan banyak yang mengandalkan urban farming. Nah ketahanan pangan keluarga yang mengandalkan urban farming ini, bisa berpotensi menurun dan berdampak pada potensi terjadinya masalah gizi. Jadi asupan gizi di masyarakat itu juga harus diperhatikan di musim kemarau ini," tukasnya. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.