20 April 2025

Get In Touch

Adakan Pelatihan Literasi Digital, Komisi VII DPR RI dan BRIN Beri Pemahaman Penangkalan Hoax

Foto bersama Anggota Komisi VII DPR RI Bambang DH, pata tenaga ahli, dan juga peserta. (Dian/LenteraMedia)
Foto bersama Anggota Komisi VII DPR RI Bambang DH, pata tenaga ahli, dan juga peserta. (Dian/LenteraMedia)

SURABAYA (Lenteratoday) - Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang DH, berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan Pelatihan Literasi Digital untuk Siswa/Mahasiswa pada Sabtu, (22/07/2023) di Gedung Auditorium lantai 6 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Pelatihan ini mengusung tema "Peningkatan Kapasitas Pengguna Riset dan Inovasi Untuk Masyarakat" dengan narasumber Nur Rizal Rosiyan, seorang Pustakawan BRIN. Nur Rizal menyampaikan materi dengan interaktif, utamanya soal penangkalan berita Hoax.

Dari topik pelatihan ini, Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang DH mengungkapkan proses digitalisasi yang terus berjalan dan meningkat, perlu atensi dari semua kalangan. Ia menegaskan, jangan sampai anak muda masa kini gagap akan teknologi.

"Oleh karena itu hari ini dan sebetulnya sudah mulai tahun lalu secara bertahap dan berkelanjutan, saya bekerja sama dengan BRIN untuk memberikan pelatihan literasi digital bagi anak muda," tutur Bambang.

Bambang DH melanjutkan dengan harapannya atas terselenggaranya pelatihan ini. "Mudah-mudahan lautan pengetahuan yang luas itu bisa diakses dengan mudah dengan penguasaan gadgetnya. Saya senang dikirim narasumber yang bagus, dalam arti interaksinya dengan peserta luar biasa. Sehingga peserta juga nggak takut-takut tanya. Kemudian mereka juga mampu merangsang kognisi para peserta," tutup Bambang.

Anggota Komisi VII DPR RI Bambang DH saat memberikan sambutan. (Dian/LenteraMedia)

Nur Rizal menyampaikan materi soal literasi digital, di mana ia mengenalkan bagaimana menghindari berita yang tidak benar kepada berita yang benar, juga sumber informasi yang baik. Ia mengungkapkan, karena peserta merupakan kalangan mahasiswa dan pelajar, ia memberikan informasi terkait sumber informasi ilmiah yang dapat digunakan, seperti respositori institusi, bentuknya seperti apa, dapat diakses di mana saja, serta ia juga memberikan terkait dengan open akses jurnal yang dapat diakses oleh para mahasiswa dan pelajar.

"Terus Open data itu juga perlu sekali dan bagaimana kita mereservasi budaya kita dengan tools tools yang sudah disediakan secara gratis oleh penyedia internet yang ada," jelas Nur Rizal.

Nur Rizal memberi materi tidak cukup sampai di sini. Ia memiliki harapan besar agar para millenials tetap mempertahankan budaya yang ada, meski telah banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.

"Jangan sampai kita tergerus dengan kebudayaan asing yang masuk, tapi bagaimana kita bisa mempopulerkan budaya yang ada di sekitar kita, di lingkungan kita, dan di Indonesia pada umumnya, untuk dapat digunakan 20-50 tahun ke depan," ungkapnya.

Semetara itu, M. Jawahir Alfarisi, salah satu peserta memberikan sedikit intisari dari materi yang ia terima. Ia mengatakan dalam pelatihan ini ia mendapatkan ilmu tentang pentingnya untuk memilah dan memilih berita yang diterima.

"Jadi untuk mengurangi banyaknya hoax yang kita terima juga, agar apa yang kita sampaikan, apa yang kita berikan informasi kepada seseorang itu bisa tersampaikan dengan baik, dan bagaimana kita sebagai manusia yang berkembang dalam segi teknologi itu bisa memanfaatkan apa yang telah ada," jelasnya.

Alfa menambahkan, atas apa yang telah ia terima, ia akan membagikan ilmu tersebut kepada teman-temannya. "Aku pendukung banget adanya seperti ini. Cuma lebih mendukung lagi ketika adanya pelatihan desain atau pelatihan apapun itu, yang penting untuk menambah soft skill atau hard skill kita," ungkapnya. (*)

Reporter : Jannatul Firdaus | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.