20 April 2025

Get In Touch

Buntut Rusuh di Prancis, Inggris hingga Arab Saudi Keluarkan Travel Warning

Polisi Prancis terlibag bentrokan dengan para pemuda yang mebyalakan kembang api saat aksi protes di Nanterre, Paris.(Reuters)
Polisi Prancis terlibag bentrokan dengan para pemuda yang mebyalakan kembang api saat aksi protes di Nanterre, Paris.(Reuters)

JAKARTA (Lenteratoday)- Aksi protes yang dipicu oleh kematian Nahel Merzouk di Prancis berdampak luas sejumlah negara pun mengeluarkan travel warning.

Dilansir dari The National, Selasa (4/7/2023), Inggris lebih dulu merilis peringatan perjalanan (travel warning) kepada warga yang hendak berangkat ke atau sedang berlibur ke Prancis. Kementerian Luar Negeri Inggris mengeluarkan peringatan itu pada Jumat (30/7/2023).

"Sejak 27 Juni, aksi protes telah terjadi di Paris dan lokasi lainnya di seluruh Prancis. Beberapa berubah menjadi kawasan kekerasan," kata Kementerian Luar Negeri Inggris.

Aksi protes itu menyebabkan gangguan pada perjalanan darat atau penargetan mobil yang diparkir di daerah protes berlangsung. Kebakaran, penjarahan, dan kekerasan terjadi berhari-hari di Paris.

"Warga negara Inggris harus mempertimbangkan kembali rencana apa pun untuk menghadiri pertemuan di sana, dan jika Anda melakukannya, waspadai lingkungan Anda setiap saat dan segera menjauh dari gangguan," begitulah peringatannya.

Tak hanya Inggris, Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Prancis juga mengeluarkan peringatan serupa.

"Menyusul penembakan polisi pada 27 Juni di pinggiran Paris Nanterre, demonstrasi terjadi di wilayah Paris yang lebih besar dan pusat kota besar lainnya dengan laporan kerusakan properti pribadiu dan gedung publik," katanya.

Kedutaan Arab Saudi tak mau ambil risiko. Mereka juga wanti-wanti agar warga Arab Saudi ekstra hati-hati setelah kerusuhan itu.

"Kedutaan ingin mengingatkan warga yang saat ini berada di Prancis, tentang demonstrasi dan bentrokan yang terjadi di sejumlah pinggiran ibu kota, Paris, dan daerah lainnya. Kami mendesak orang-orang untuk mengamati dan menjauh dari tempat pelaksanaan aksi protes serta mengikuti instruksi otoritas Prancis dalam hal ini," tulis Kedutaan Arab Saudi lewat cuitan Twitter.

Negara-negara lain seperti Kanada, Australia, Skotlandia dan Iran juga mengeluarkan travel warning yang sama. Negara-negara itu mengimbau warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Prancis karena tingginya risiko keselamatan di sana.

Kerusuhan ini disebabkan karena meninggalnya seorang remaja berusia 17 tahun di tangan petugas keamanan di Prancis pada Selasa (27/6/2023). Peristiwa itu terjadi dipinggiran Kota Paris, Nanterre.

Warga geram dan melakukan aksi protes selama lima hari berturut-turut. Nenek dari remaja tersebut, Nahel M, sekarang meminta agar kerusuhan dihentikan.

"Jangan memecahkan jendela, bus, sekolah. Kami hanya ingin keadaan kembali tenang," ujarnya.

"Nahel sudah meninggal. Putri saya merasa kehilangan," dia menambahkan.

Polisi telah menangkap ratusan orang sejak protes meletus, termasuk 157 orang pada malam keenam kerusuhan. Lebih dari 350 kebakaran dimulai di jalan dan hampir 300 kendaraan dibakar.

Sementara sejak awal protes, setidaknya 1.000 gedung dan 5.000 kendaraan dibakar, lebih dari 250 kantor polisi menjadi sasaran, dan sekitar 3.200 orang ditangkap. (*)

Sumber:The National,ist/Editor: widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.