
MALANG (Lenteratoday) - Memasuki musim kemarau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Sidoarjo memperingatkan potensi kekeringan dan kebakaran. Salah satu wilayah yang diminta waspada adalah Malang Raya.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Karangploso, Anung Suprayitno, mengatakan, musim kemarau di tahun 2023 ini, diprediksi memiliki potensi kekeringan yang lebih tinggi dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Menurutnya, dampak akan dirasakan terutama di sektor hidrologi, yang secara langsung berpengaruh pada sektor pertanian.
"Kalau di tahun 2023 ini, memang potensinya lebih kering ketimbang tiga tahun terakhir. Yang jelas pasti paling terdampak sebenarnya di sektor hidrologi, jadi nanti di pertanian," ujar Anung, saat dikonfirmasi oleh awak media, Rabu (7/6/2023).
Anung menambahkan, pentingnya para petani untuk memperhatikan pola tanam yang telah disarankan, seperti mengikuti kalender tanam serta aturan penanaman padi yang berjarak ideal. Meskipun demikian, sambungnya, musim kemarau di tahun ini tidak akan berdampak siginifikan pada sektor pertanian, apabila faktor ketersediaan air irigasi dapat terpenuhi dengan baik.
"Kalau polanya di sarankan dua padi, ya aman. Tapi kalaupun tiga padi dan irigasinya cukup, itu juga nggak masalah. Karena yang kami bicarakan di sini konteksnya adalah kekeringan meteorologis. Jadi kalau irigasinya jalan terus, atau air sumur bor di sawah ada terus, ya gak masalah," tambahnya.
Lebih lanjut, terkait dengan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Anung menyatakan bahwa potensi kebencanaan tersebut akan lebih terkonsentrasi di beberapa titik, terutama di pegunungan Welirang yang terletak di perbatasan antara Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto, serta di pegunungan Arjuno, yang terletak di antara Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Sedangkan untuk wilayah Kota Malang, menurutnya, BMKG mencatat bahwa Kota Malang memiliki risiko kebakaran yang lebih tinggi pada permukiman saat musim kemarau mencapai puncaknya. Dalam hal ini, pihaknya mengimbau warga untuk mengambil tindakan preventif, seperti menjaga kebersihan lingkungan, menghindari pembakaran sampah, serta tetap waspada terhadap angin kencang yang dapat memicu kebakaran.
"Hanya saja kalau potensi kekeringan di Kota itu sebenarnya kebakarannya, lebih ke kebakaran permukiman. Di puncak-puncak musim kemarau, kemudian diikuti indeks kekeringannya tinggi. Kemudian tiupan angin dan sebagainya, itu biasanya kebakarannya bukan hutan dan lahan tapi permukiman," jelasnya.
Di sisi lain, dalam hal penyediaan air bersih selama musim kemarau ini, Anung menyebutkan bahwa wilayah Kabupaten Malang akan berpotensi tinggi dalam kekurangan ketersediaan air bersih. Sedangkan di wilayah perkotaan, menurutnya akan lebih memiliki pasokan air bersih yang relatif stabil, di mana Perusahaan Air Minum (PAM) setempat tetap berjalan lancar.
"Jadi karena kenyamanan suplai air bersih di kota, itu pasti relatif tidak rawan. PAM jalan terus. Makanya kalau kita lihat dokumen kontijensi kekeringan, kota kota hampir tidak menyusun itu. Beda dengan yang kabupaten, kabupaten itu titik kekeringannya, dropping-dropping air bersih pasti jatuhnya di kabupaten, bukan di kota," tukas Anung.
Terpisah, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, juga menyoroti potensi adanya potensi kekeringan yang tinggi selama musim kemarau 2023 ini. Senada dengan Anung, menurutnya, kenaikan suhu yang umum terjadi selama musim ini, dapat meningkatkan risiko kebakaran, terutama jika terdapat faktor lain seperti angin kencang.
Dalam hal ini, Taufiq mengimbau kepada seluruh warga masyarakat di wilayah Malah Raya, agar dapat mengurangi kegiatan yang dilakukan di luar ruangan serta memperhatikan langkah-langkah pencegahan kebakaran di permukiman.
"Kalau musim kemarau ini kan tentu kenaikan suhu, kondisi alam akan menjadi agak panas, seperti itu saja. Bagi warga kota, yang perlu diwaspadai itu dikurangi kegiatan yang outdoor atau kegiatan di luar ruangan. Karena kan kalau panas bisa menimbulkan dehidrasi," tegasnya.
Sebagai informasi, meskipun telah memasuki musim kemarau, namun BMKG Juanda Sidoarjo memprediksi masih adanya potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, di wilayah-wilayah tertentu, seperti Kabupaten Jember, Lumajang, serta dapat meluas pada Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan wilayah Malang Raya, dikatakan sebagai wilayah yang tidak terdampak adanya potensi hujan tersebut.
Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati