20 April 2025

Get In Touch

Saat Harga Telur Melangit, Kampung Kue Surabaya Bertahan agar Omzet Tetap 'Legit'

Warga Kampung Kue saat membuka lapak di pagi hari. (istimewa)
Warga Kampung Kue saat membuka lapak di pagi hari. (istimewa)

SURABAYA (Lenteratoday) - Di tengah makin mahalnya harga bahan pangan, telur menjadi komoditas dengan kenaikan tertinggi. Pelaku usaha kue tradisional di Surabaya pun menerapkan berbagai strategi agar tetap bisa berproduksi dan omzet 'legit' terjaga.

"Harusnya keuntungan bertambah, karena permintaan mulai normal usai pandemi. Tapi karena bahan-bahan ini naik, keuntungan menjadi berkurang. Akhirnya yang penting besok bisa belanja, ibu-ibu ngomong, lek gak untung aku sesok wes nggak dodolan maneh (kalau tidak untung, besok sudah tidak bisa jualan lagi)," jelas Choirul Mahpuduah, Ketua Kampung Kue saat ditemui di rumahnya di Jalan Rungkut Lor 2, Senin (5/6/2013).

Menurut Irul, begitu sapaannya, didirikan sejak 2005 Kampung Kue memiliki produsen kue sebanyak 68 orang.

Irul mengungkapkan memiliki strategi untuk mempertahankan produksinya, salah satunya sementara menolak pesanan kue yang memerlukan banyak telur. "Liyane poo ojok kuwi, larang bahanne, lek tak undakne piye?" celetuknya. (Lainnya saja, mahal bahannya, kalau harga naik bagaimana?)

Dikatakannya, bila harga naik konsumen yang akan terkena imbasnya. Untuk itu bila terpaksa membutuhkan bahan telur banyak, maka terpaksa dicampur dengan putih telur."Kalau jajanan seperti sempol, bahannya dicampur dengan putih telur. Putih telurnya beli di toko-toko yang memproduksinya pakai kuning telur saja."

Dia juga kadang harus membeli telur yang terbentur dengan telur lain dan cangkangnya retak."Bukan yang rusak atau busuk, tapi yang cangkangnya retak, bentes itu namanya" kata Irul.

Pihaknya juga menerapkan subsidi silang harga. "Kalau di kampung aku jualnya Rp 3.000, tapi kalau di kantin kampus aku jualnya Rp 5.000. Jadi ada strategi di mana kita menjualnya. Jadi kemudian kalau dikombinasikan itu masih untung. Yang dijual di kampung dan yang dijual di tempat lain bisa subsidi silang,"jelasnya.
L
Dari banyaknya strategi tersebut, Irul mengaku memilih menaikkan harga. Tetapi meskipun harga naik, masih terhitung murah. "Karena kalau produk kita kecilkan, kualitas kita turunkan, bahaya. Nggak bahaya ta? bahaya rek!" candanya.

Harapan Irul, Pemkot melakukan operasi pasar khususnya untuk kampung-kampung unggulan dan tematik. Sehingga Kampung Kue misalnya yang membutuhkan banyak telur tiap hari tetap bisa berproduksi.

"Mosok seh gara-gara ndok mundak ae kampung kue ae tutup?" tutupnya. (Masak gara- gara harga telur naik saja Kampung Kue tutup).

Reporter : Jannatul Firdaus/Editor: widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.