
SURABAYA (Lenteratoday) - Kondisi usia maupun ekonomi bukan halangan untuk menunaikan ibadah haji. Keinginan dan niat yang sangat kuat mampu mengalahkan semua yang kadang dianggap sebagai halangan. Inilah yang tercermin dari sosok Mbah Lahar, asal desa Madulegi, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan.
Di usianya yang meginjak ke 88 tahun, Mbah Lahar menjadi salah satu jamaah haji tahun 2023. Panggilan untuk menunaikan Rukun Islam kelima ini bak sebuah anugrah yang luar biasa baginya. Sebab, Mbah Lahar sendiri tidak menduga akan bisa berangkat ke Tanah Suci lebih cepat dari antrean yang sebenarnya.
Mbah Lahar, jemaah haji kloter 25 asal Dusun Semampir, Desa Madulegi, Kecamatan Sukodadi Lamongan merasa bersyukur karena di usianya yang sudah senja ini, Sang Pencipta masih memberikan kesempatan padanya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini.
"Alhamdulillah saya daftar pada tahun 2016 dan mendapatkan kesempatan berangkat tahun ini, " tuturnya, katanya saat memberikan keterangan di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Sabtu (3/6/2023).
Bagi Mbah Lahar, mendaftar haji membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Betapa tidak, selama ini dia hanya megandalkan ekonominya dari menjual kipas yang terbuat dari anyaman bambu. Dia pun harus menyisihkan sebagian keuntungan dari usahanya itu untuk menabung supaya bisa mendaftar haji.
Sebenarnya, anak anak Mbah Lahar tidak tutup mata, mereka sudah berniat untuk mendaftarkan haji sebelum tahun 2016, bersama istri Mbah Lahar. Namun, dia menolak, karena ingin berangkat haji dari usahanya sendiri, bukan dari anak anaknya. Sehingga, sang istri Mbah Lahar pun berangkat terlebih dulu.
Dari keinginan kuatnya inilah, akhirnya Mbah Lahar berhasil mendaftarkan haji pada 2016 lalu. Biaya yang digunakan untuk mendaftar pun hasil tabungannya selama 25 tahun.
Mbah Lahar mengaku sempat mendapatkan kendala dalam usahanya. Selama 25 tahun dia jualan kipas bambu tidak berjalan lancar pada 7 tahun terakhir. Usahanya terus menurun, seiring dengan minat masyarakat yang makin berkurang pada kipas bambu. Meski demikian, dia tidak kehilangan cara, maka dia pun menambah barang dagangannya seperti kemoceng, pisau, gunting, kapur barus, dan spons cuci piring.
"Keuntungan perhari mulai dari Rp 50 ribu hingga rata-rata Rp 100 ribu. Pernah ada pembeli yang membayar lebih hingga Rp 1 juta," cerita Mbah Lahar yang tergabung dalam kloter 25 ini.
Di usianya yang senja ini, Mbaha Lahar berbagi tips supaya tetap bugar. "Saya rutin makan kunyit. Dipotong kecil-kecil langsung dimakan. Kalau saya sakit kepala, tinggal minum puyer bintang tujuh, " jelasnya. (*)
Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi