20 April 2025

Get In Touch

Kembali Jadi Presiden, Erdogan: Masuki "Abad Turki"

Para pendukung kandidat petahana, Recep Tayyip Erdogan mengibarkan bendera Turki di depan Istana Kepresidenan Turki di Ankara pada Minggu (28/5/2023). Mereka merayakan kemenangan Erdogan (AP)
Para pendukung kandidat petahana, Recep Tayyip Erdogan mengibarkan bendera Turki di depan Istana Kepresidenan Turki di Ankara pada Minggu (28/5/2023). Mereka merayakan kemenangan Erdogan (AP)

ANKARA (Lenteratoday) -Hasil penghitungan suara pemilihan presiden Turki putaran kedua memperlihatkan kandidat petahana, Recep Tayyip Erdogan unggul atas pesaingnya, Kemal Kilicdaroglu. Sudah 99 persen kotak suara dibuka.

Dari penghitungan surat suara yang masuk, Minggu (28/5/2023) Erdogan meraih 52 persen suara dan Kilicdaroglu meraup 48 persen suara. Dengan demikian Erdogan bakal kembali duduk di kursi kepresidenan Turki dan memimpin negeri itu hingga lima tahun mendatang.

Ketua Dewan Pemilihan Turki mengkonfirmasi kemenangan tersebut. Saat menyampaikan pidato, di Istanbul dan Ankara, Erdogan mengucapkan terima kasih kepada warga Turki atas kepercayaan mereka.

“Kami berharap layak mendapatkan kepercayaan Anda, seperti yang telah kami lakukan selama 21 tahun,” kata Erdogan kepada para pendukungnya yang berkumpul di luar kediamannya di Istanbul. Saat berpidato di Ankara, Erdogan menegaskan bahwa kemenangan itu adalah kemenangan warga.

“Satu-satunya pemenang hari ini adalah Turki,” kata Erdogan kepada ratusan ribu orang yang berkumpul di luar istana kepresidenan di Ankara. Ia lantas berjanji akan bekerja keras untuk membawa Turki lebih maju lagi dan menapaki era yang disebutnya sebagai “abad Turki”.

Dalam pidato kemenangannya, Erdogan mengatakan akan membangun kembali kota-kota yang dilanda gempa, dan itu akan menjadi prioritasnya. Selain itu, dia mengatakan bahwa sebanyak satu juta pengungsi Suriah akan kembali ke "zona aman" yang dikendalikan Turki di Suriah. Program pemukiman kembali itu akan dijalankan dengan Qatar.

Percaya diri

Kemenangan itu membuat Erdogan menjadi percaya diri untuk menapaki periode ketiga kepresidenannya. Sebelum pilpres digelar, pemerintahannya dikritik keras karena tingginya inflasi dan respon atas gempa bumi yang dinilai kurang optimal. Sempat terseok di putaran pertama, pada putaran kedua Erdogan mendapat limpahan dukungan dari sejumlah politisi negeri itu.

Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato di Istana Kepresidenan di Ankara, Turki pada Minggu (28/5/2023) -AP

Namun, Erdogan ternyata berhasil mempertahankan dukungan pemilih konservatif yang tetap setia kepadanya karena mengangkat profil Islam di Turki, yang didirikan berdasarkan prinsip-prinsip sekuler. Pendukungnya pun percaya langkah Erdogan akan meningkatkan pengaruh Turki dalam politik dunia.

Di sisi lain, meskipun dinilai cenderung otoriter, kemenangan ini memberi kekuatan baru bagi Erdogan untuk ‘mengelola’ Turki dan memainkan peran di kancah regional maupun global. Setidaknya kepercayaan lebih dari 50 persen penduduk Turki dan menempatkan kembali Erdogan ke pucuk kepemimpinan negeri itu memperlihatkan ‘kekuatan’ dan ‘ketokohan’ sosok pria berusia 69 tahun itu.

Pada periode yang lalu, Erdogan berani memainkan posisinya dalam keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Erdogan memveto Swedia yang ingin bergabung dalam pakta tersebut. Erdogan pun bersikukuh mempertahankan langkah Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia meskipun Amerika Serikat menekannya, bahkan mengeluarkan keterlibatan Turki dalam program pengembangan F-35.

Seiring itu, dunia juga melihat peran penting Erdogan untuk membuka kembali aliran biji-bijian dari Ukraina yang sebelumnya tersendat karena terimbas perang Ukraina-Rusia.

Ankara terlibat aktif dalam melahirkan kesepakaan Laut Hitam atau dikenal dengan Black Sea Grain Initiative. Inisiatif itu berdampak positif mencegah krisis pangan global.

“Tidak ada yang bisa memandang rendah bangsa kita,” kata Erdogan di Istanbul.

Di Turki, kemenangan Erdogan itu disambut meriah para pendukungnya. Warga tumpah ruah di jalan-jalan utama negeri itu. Mereka mengibarkan bendera Turki dan bendera partai berkuasa AKP. Mereka membunyikan klakson mobil sembari meneriakkan nama Erdogan (*)

Editor: Arifin BH, berbagai sumber

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.