
WASHINGTON (Lenteratoday)-Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin ke kisaran 5-5,25 persen sesuai ekspektasi pasar keuangan. Tingkat suku bunga ini berada di level tertinggi sejak Agustus 2007 atau selama 16 tahun.
Mengutip Reuters, Kamis (4/5/2023), tingkat kebijakan The Fed saat ini bak dejavu krisis keuangan yang terjadi pada 2007 lalu. Mayoritas pejabat The Fed pada bulan Maret cukup membatasi untuk mengembalikan inflasi ke target bank sentral sebesar 2 persen. Inflasi AS saat ini masih lebih dari dua kali lipat dari target tersebut.
Saat menghentikan pengetatan suku bunga pada tahun 2006, The Fed juga berbicara mengenai kebijakan pengetatan tambahan. Pejabat The Fed mempertimbangkan bagaimana dampak kebijakan moneter terakumulasi terhadap perekonomian.
Federal Reserve mengubah kebijakan untuk memulihkan ekonomi AS menuju fase baru, di antaranya melalui kenaikan suku bunga hingga dan mempertimbangkan dampaknya ke kredit dan risiko ekonomi lainnya.
Perubahan suku bunga The Fed saat ini tidak menutup kenaikan lebih lanjut di Juni. Pernyataan Ketua Fed, Jerome Powell, membuat pertanyaan pada pelaku pasar, apakah kenaikan suku bunga akan menjamin ekonomi dalam menghadapi inflasi tinggi, menunjukkan tanda perlambatan, dan risiko kredit dari sederet bank.
“Kami lebih dekat, atau mungkin bahkan di sana,” ujar Powell tentang titik akhir kenaikan suku bunga.
Pada konferensi pers usai rilis pernyataan, Powell menekankan lagi bahwa inflasi menjadi perhatian utama. Menurutnya juga terlalu dini mengatakan siklus kenaikan suku bunga telah berakhir.“Kami bersiap untuk melakukan lebih banyak,” kata Powell.
Dia juga menolak ekspektasi pasar bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) akan menetapkan kebijakan untuk memangkas suku bunga tahun ini. Powell memastikan, langkah seperti itu tidak mungkin terjadi.
“Kami di komite berpandangan bahwa inflasi akan turun tidak secepat itu, itu akan memakan waktu,” imbuh Powell kepada wartawan. “Di dunia, jika perkiraan itu benar secara luas, tidak tepat untuk memotong suku bunga (tahun ini)."
Meski demikian, Powell setuju kebijakan moneter yang ketat, mengingat tekanan yang berkembang dalam ekonomi dan perlambatan kredit perbankan.
“Pertumbuhan ekonomi tetap sederhana, namun perkembangan terakhir cenderung menggambarkan kondisi kredit lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis dan membebani aktivitas ekonomi, perekrutan dan inflasi,” tulis The Fed dalam pernyataannya.
Powell mencatat beberapa data yang positif mengenai lapangan kerja dan pendapatan dapat mendorong ekonomi AS. “Kasus menghindari resesi dalam pandangan saya lebih mungkin terjadi daripada mengalami resesi,” kata Powell.(*)
Reporter:Reuters/Editor: widyawati