
MALANG (Lenteratoday) – Menjelang lebaran, jasa penukaran uang pinggir jalan mengaku mengalami penurunan pendapatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yakni, adanya imbauan untuk tidak sembarangan melakukan penukaran uang di pinggir jalan.
Salah satu jasa penukaran uang di jalanan Kota Malang, Yusuf (42) mengaku, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pendapatan di tahun ini terbilang mengalami penurunan yang cukup banyak.
“Ya gak kayak tahun kemarin. Saya di sini (samping gedung DPRD Kota Malang) dari tanggal 1 April lalu. Penurunan dari tahun kemarin ya cukup banyak. Ibaratnya kalau tahun kemarin bisa habis 5, sekarang Cuma habis 2,” ujar Yusuf, Rabu (19/4/2023).
Yusuf mengatakan, alasan pendapatannya turun dikarenakan kebanyakan masyarakat lebih sering mencari uang pecahan Rp 1.000. Sedangkan, di lapaknya tersebut, ia hanya menyediakan uang dengan pecahan Rp 2.000, 5.000, 10.000 hingga Rp 20.0000.
“Soalnya barangnya juga gak ada yang seribuan. Yang paling banyak diminati kan itu, kalau sekarang barangnya gak ada. Biasanya satu harian sebelum (hari raya) itu banyak yang nyari Rp 10 ribuan,” imbuhnya.
Disebutkan oleh Yusuf, dalam satu gepok uang berisi 100 lembar, maka dikenakan biaya jasa penukaran sebesar Rp 10.000.
Sementara hingga beberapa hari menjelang lebaran ini, pihaknya mengaku hanya melayani jasa tukar uang kurang dari 200 orang.
“Ini kan ikut juragan, dari juragan Rp 10.000 jasanya, per 100 lembar. Pokoknya saya ada Rp 20 juta disuruh untuk bawa tiap hari. Tapi gak selalu habis, pasti nyisa. Saya lakunya Rp 800 ribu, Rp 2-3 juta. Paling laku sekitar Rp 15 juta, campur untuk jasa, modal dan untungnya,” paparnya.
Terpisah, salah satu warga Malang, Nia, mengatakan bahwa penukaran uang di pinggir jalan dinilai lebih praktis. Sebab dirinya tidak diwajibkan untuk membawa persyaratan seperti ketika penukaran di layanan resmi pemerintah ataupun perbankan.
“Ini tadi nyari uang Rp 10 ribu sama 20 ribu. Ya karena gampang, di pinggir-pinggir jalan ada banyak. Gak perlu antre dan gak ada persyaratan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ketika disinggung kemungkinan risiko uang palsu serta faktor kekurangan dari jasa tukar pinggir jalan, Nia mengaku cukup teliti dalam menggunakan jasa tersebut. “Oh kalau itu saya pilih tempat yang ramai, terus saya tanya dulu biasanya mangksl dimana. Kalau memang ada yang palsu, kan bisa dikembalikan ke orangnya,” tandas Nia.
Reporter: Santi Wahyu/ Editor: Widyawati